Gadis penjaga kios bertanya dengan amat sopan, “Kebenaran macam apa yang ingin dibeli? Sebagian Kebenaran atau seluruh Kebenaran?” Tentu saja, seluruh Kebenaran! Aku tak perlu menipu diri, mengadakan pembelaan diri, atau rasionalisasi lagi. Aku menginginkan kebenaranku terang, terbuka, penuh, dan utuh. Ia memberi isyarat, agar aku menuju ke bagian lain dalam kios itu, yang menjual Kebenaran yang utuh.
Pemuda penjaga kios yang ada di sana memandangiku dengan rasa kasihan dan menunjukkan daftar harga. “Harganya amat tinggi, tuan,” katanya. “Berapa?” tanyaku mantap, karena ingin mendapat seluruh Kebenaran, berapa pun harganya.
“Kalau tuan membelinya, kata penjaga kios, “Tuan akan membayarnya dengan kehilangan semua ketenangan dalam seluruh sisa hidup tuan.”
Aku keluar dari kios itu dengan rasa sedih. Aku mengira, aku dapat memperoleh seluruh Kebenaran dengan harga murah. Aku masih belum siap menerima Kebenaran. Terkadang aku mendambakan ketenangan. Aku masih perlu sedikit penipuan diri dengan membela dan membenarkan diri. Aku masih ingin berlindung di balik kepercayaan-kepercayaanku yang tak boleh dipertanyakan.
(Dari: Buku Burung Berkicau, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Yayasan Cipta Loka Caraka, 1984)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar