Sudah lama aku mudah naik darah. Aku serba khawatir, mudah tersinggung, dan egois. Setiap orang mengatakan, aku harus berubah. Dan setiap orang terus-menerus menekankan betapa mudah aku menjadi marah.
Aku sakit hati terhadap mereka, biar pun sebetulnya aku setuju dengan nasihat mereka. Aku memang ingin berubah, tetapi aku tidak berdaya untuk berubah, betapa pun aku telah berusaha.
Aku merasa paling tersinggung ketika sahabat karibku juga mengatakan, aku mudah naik pitam. Ia juga terus-menerus mendesak supaya aku berubah. Aku mengakui, ia benar, meskipun aku tidak bisa membencinya. Aku merasa sama sekali tidak berdaya dan terpasung.
Namun, suatu hari sahabat karibku berkata kepadaku, “Jangan berubah! Tetaplah seperti itu. Sungguh, tak jadi soal apakah engkau berubah atau tidak. Aku mencintaimu sebagaimana kau adanya. Aku tidak bisa tidak mencintaimu.”
Kata-kata itu berbunyi merdu di telingaku. “Jangan berubah… Aku mencintaimu.” Aku menjadi tenang. Aku mulai bergairah. Dan, oh, sungguh mengherankan, aku berubah!
(Dari: Buku Burung Berkicau, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Yayasan Cipta Loka Caraka, 1984)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar