Saat sedang berlibur, Jed pergi ke pantai untuk berjemur di bawah sinar mentari. Suatu hari, ia mengamati para pengumpul kerang terlibat dalam pertengkaran. Mereka masing-masing membawa kantong berisi bintang laut, kepiting, kacamata selam, dan sebagainya – benda-benda yang dapat dikumpulkan di sepanjang pantai. Mereka berebut mengumpulkan yang terbaik dan terbanyak.Kejadian itu membuat Jed merenung, betapa banyak orang menjalani kehidupan seperti mentalitas para pengumpul kerang.
Hari berikutnya, Jed melihat seseorang berjalan sendirian di tengah hiruk-pikuk para pengumpul kerang. Orang itu membungkuk, kemudian melempar suatu benda ke laut melampaui pecahan ombak. Jed menghampirinya dan bertanya apa yang sedang dilakukan? Orang itu menjawab dengan lembut, “Saya adalah pelempar bintang.”
Karena tidak paham, Jed semakin mendekatinya. Dengan gerakan cepat tetapi penuh perasaan, orang itu mengambil bintang laut dan melemparkannya jauh di atas hempasan ombak. “Ia mungkin bisa hidup, jika arus ke dalam laut cukup kuat,” kata orang itu.
Orang itu bukan pengumpul kerang, tetapi juga bukan penonton. Ia memutuskan untuk menjadi bagian kehidupan, membantu memberikan kembali kesempatan hidup bagi bintang laut. Jed meninggalkan pantai seraya sesekali membungkuk, melemparkan bintang laut yang masih hidup melampaui hempasan ombak menuju kebebasan.
Rahasia pelempar bintang merupakan nasihat bijak bagi setiap orang. Hidup tidak hanya untuk mengumpulkan, tidak juga hanya diamati dari jauh. Hidup hendaknya dirayakan dengan menggabungkan diri ke dalamnya dan memberikan kembali sesuatu bagi kehidupan.
(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna – 100 Cerita Bijak jilid ke-6, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar