“Saya tak akan memaafkan dia,” kata seorang wanita tua dengan lembut namun tegas, ketika perawat membawa obat untuknya setiap malam. Ekspresi wanita tua itu penuh kepedihan, saat menceritakan bagaimana saudaranya mendekati tempat tidurnya dan menuduh ia mengambil pusaka keluarga lebih daripada bagiannya, setelah ibu mereka meninggal.
Saudaranya bicara berbagai hal sampai pada sendok buah berry. “Saya menginginkan sendok itu,” kata saudaranya. Selama empat puluh tahun sejak kematian ibu mereka, saudaranya telah menyembunyikan perasaan tersebut dan sekarang terkuak. Sementara wanita tua itu sakit hati dan marah atas tuduhan saudaranya dan bersumpah tak akan pernah mau memaafkannya. “Itu sendokku. Ibu memberikannya kepadaku,” ujarnya.
Perawat yang berdiri di sisi tempat tidurnya menjadi sedih. Sebuah sendok buah berry! Karena sakit parah, diperkirakan usia wanita tua itu tinggal dua bulan, namun hanya lantaran sendok buah berry, ikatan keluarga yang masih ada menjadi berantakan.
Saat kembali ke ruang kerjanya, perawat itu termenung, “Berapa banyakkah sendok buah berry dalam hidupku?”
(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna – 100 Cerita Bijak jilid ke-3, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar