Seorang filsuf dan guru Yunani mengakhiri kuliahnya dengan bertanya, "Apakah ada pertanyaan?" Di antara para peserta, Robert Fulghum, melontarkan tanya, "Dr. Papaderos, apa arti hidup?"
Tawa memenuhi ruangan, sebagian orang beranjak pergi. Papaderos mengangkat tangannya, menenangkan suasana, dan berkata, "Saya akan menjawabnya." Kemudian, ia mengambil dompet dari saku celananya, merogoh ke dalam dompet, dan mengeluarkan sebuah cermin bundar kecil.
Ketika saya masih anak-anak, selama masa perang, kami sangat miskin dan hidup di desa. Suatu hari, saya menemukan beberapa potongan cermin pecah dari sepeda motor Jerman yang hancur. Saya berusaha menemukan semua potongan dan menyatukannya, tetapi tidak mungkin. Maka, saya hanya menyimpan potongan cermin yang terbesar. Inilah potongan cermin itu. Saya membuatnya menjadi bundar dengan menggosoknya pada batu.
Saya mulai bermain dengan cermin dan terpesona akan kenyataan, saya dapat memantulkan cahaya ke dalam tempat-tempat gelap di mana matahari tidak dapat menembusnya - di celah, lubang, dan ruang yang gelap. Ketika bertambah besar, di waktu santai saya melanjutkan permainan itu.
Saat saya dewasa, saya mengerti bahwa ini bukan sekadar permainan anak kecil, tetapi suatu metafora terhadap apa yang saya lakukan dengan hidup saya. Saya mengerti, saya bukanlah cahaya atau sumber cahaya, tetapi cahaya - kebenaran, pengertian, pengetahuan - ada, dan cahaya itu akan bersinar di dalam banyak tempat gelap jika saya memantulkannya.
Saya adalah potongan dari sebuah cermin yang seluruh desain dan bentuknya saya tidak tahu. Meski demikian, dengan apa yang saya miliki, saya dapat memantulkan cahaya ke tempat-tempat gelap di dalam hati manusia. Mungkin orang-orang lain berbuat demikian pula. Inilah arti hidup bagi saya.
(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-4, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar