Thomas J. Watson (1874-1956), mantan Presiden IBM yang diakui dunia sebagai wiraniaga (salesman) terhebat, pernah mengemukakan paradigma berdasarkan pengamatannya terhadap angsa yang terbang dalam suatu formasi. Ia lalu mengembangkan lima pelajaran sangat berguna dari pengamatannya itu.
Ketika setiap burung mengepakkan sayapnya, ia menciptakan suatu ketinggian bagi burung-burung lain yang mengikutinya. Dengan terbang dalam formasi berbentuk "V", seluruh kawanan burung dapat menambah jarak terbang 71% lebih jauh dibandingkan jika setiap burung terbang sendirian. Pelajaran 1: Orang-orang yang memiliki arah yang sama dan rasa kebersamaan yang tinggi, dapat mencapai tujuan dengan lebih baik dan lebih cepat.
Ketika seekor angsa keluar dari formasi, ia akan merasa ada tarikan dan perlawanan terhadap upayanya terbang sendirian. Segera ia akan kembali ke formasi untuk menimba "kekuatan tarikan" dari burung yang ada di depannya. Pelajaran 2: kita dapat tetap berada dalam formasi kita saat ini dengan mengikuti pimpinan dan memberikan diri kita bagi orang lain.
Ketika angsa yang memimpin merasa lelah, ia berputar ke belakang, masuk dalam formasi. Angsa lain mengambil alih posisi pimpinan. Pelajaran 3: Kita hendaknya selalu siap bergilir melakukan tugas sulit, berbagi tanggung jawab.
Angsa-angsa yang ada di belakang bersuara untuk menyemangati angsa-angsa yang ada di depan, agar menjaga kecepatan. Pelajaran 4: Kita perlu memastikan, suara kita dari belakang memang benar-benar menyemangati, bukan sebaliknya.
Ketika seekor angsa sakit, terluka, atau tertembak, beberapa angsa lain tampak keluar dari formasi. Mereka terbang menurun mengikuti angsa itu untuk menolong dan melindunginya. Mereka terbang merapat sampai angsa itu mampu terbang kembali atau mati. Kemudian, mereka melanjutkan terbang dengan formasi lain atau mengejar kawanannya. Pelajaran 5: Jika kita memiliki kepekaan seperti angsa, kita juga akan berada di sisi satu sama lain pada saat-saat sulit, sehingga kita dapat saling menguatkan.
(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-6, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2004)
Cari Blog Ini
Kamis, 30 Juni 2011
Rabu, 29 Juni 2011
Mencari Sesuatu untuk Ditemukan
Seorang ibu dan putrinya menyusuri gemerlapnya jalan Fifth Avenue di New York. Gadis kecil itu terus menunduk melihat ke jalan. "Mengapa engkau tidak memandangi jendela toko-toko yang semua dihiasi begitu indah?" tanya sang ibu.
"Saya sedang mencari sesuatu," jawab putrinya.
"Apa yang sedang kau cari?" tanya ibunya lagi.
"Saya mencari sesuatu untuk ditemukan."
Bukankah kita seperti putri kecil itu? Terlalu sering menapaki hidup dengan mata tertuju ke bawah, mencari sesuatu untuk ditemukan, sehingga tidak menyadari apa yang sedang terjadi di sekitar kita?
(Dari Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-6, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2004)
"Saya sedang mencari sesuatu," jawab putrinya.
"Apa yang sedang kau cari?" tanya ibunya lagi.
"Saya mencari sesuatu untuk ditemukan."
Bukankah kita seperti putri kecil itu? Terlalu sering menapaki hidup dengan mata tertuju ke bawah, mencari sesuatu untuk ditemukan, sehingga tidak menyadari apa yang sedang terjadi di sekitar kita?
(Dari Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-6, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2004)
Kunyahlah Sendiri
Seorang murid mengeluh kepada Gurunya, “Bapak menuturkan banyak cerita, tetapi tidak pernah menerangkan maknanya kepada kami.”
Jawab Sang Guru, “Bagaimana pendapatmu, Nak, seandainya seseorang menawarkan buah kepadamu, namun mengunyahnya lebih dulu bagimu?”
Tak seorang pun dapat menemukan pengertian yang paling tepat bagi dirinya sendiri. Sang Guru pun tidak mampu.
(Dari: Buku Burung Berkicau, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Yayasan Cipta Loka Caraka, 1984)
Yang Paling Dekat dengan Segala Pemikiran
Kelunakan dan kelenturan air mengatasi kekerasan dan kekuatan batu. Perubahan mengatasi ketidakberubahan.
Air yang tak berbentuk mengambil bentuk segalanya. Pikiran yang tidak berubah tak dapat memahami perubahan segalanya.
Pikiran yang bergumul tidak dapat memahami kelenturan segalanya.
Orang bijak mengetahui lebih sedikit dari siapa pun, maka paling memenuhi syarat untuk mengajar semua orang. Orang bijak tak berpegang pada satu pemikiran, paling dekat dengan semua pemikiran.
Pada mulanya, yang benar tampaknya benar. Setelah dipikirkan dengan saksama, yang benar menjadi salah. Akhirnya, segalanya tampak benar sekaligus salah, baik sekaligus buruk, betul sekaligus salah, ya sekaligus tidak. Persis di tengah-tengahnya, orang bijak mengajarkan apa yang perlu diajarkan, bukan apa yang seharusnya diajarkan.
(Dari: Buku Tao Kehidupan – Ajaran Lao Tzu yang Diadaptasi untuk Zaman Baru, karya Ray Grigg. Penerbit Lucky Publishers, 2002)
Senin, 27 Juni 2011
Membuat Keputusan
Setiap masalah memiliki solusi, namun memerlukan sebuah keputusan. Bagaimana cara mengambil keputusan penting dalam hidup kita?
Biasanya kita mencoba mencari orang lain dan memintanya membuat keputusan sulit bagi kita. Dengan begitu, jika kemudian terjadi sesuatu yang salah, kita punya seseorang sebagai kambing hitam. Beberapa teman saya pernah mencoba mengakali saya supaya membuat keputusan bagi mereka, tetapi saya menolak. Yang saya lakukan adalah menunjukkan kepada mereka bagaimana mereka sendiri bisa membuat keputusan yang bijaksana.
Saat kita tiba di persimpangan jalan dan tak yakin ke mana arah yang harus diambil, kita sebaiknya menepi, rehat sejenak, dan menanti datangnya bus. Biasanya, pada saat kita tidak berharap, sebuah bus tiba. Di depan bus umum ada tulisan yang menandakan tujuan bus itu. Jika tujuan Anda sama, naiklah ke bus. Jika tidak, tunggulah, selalu akan ada bus lain yang datang.
Demikian pula saat kita akan mengambil suatu keputusan dan tak yakin apa yang akan terjadi. Kita sebaiknya menepi, rehat sejenak, dan menunggu. Biasanya, saat kita tidak berharap, sebuah solusi akan menghampiri. Setiap solusi punya tujuan sendiri. Jika tujuannya cocok dengan tujuan kita, ambillah solusi itu. Jika tidak, kita tunggu lagi, akan selalu ada solusi lain yang datang.
Begitulah cara saya membuat keputusan. Saya mengumpulkan semua informasi dan menunggu kedatangan solusi. Sesuatu yang bagus akan selalu datang, asalkan saya tetap sabar. Biasanya dia datang tak disangka-sangka, ketika saya tidak memikirkannya.
Biasanya kita mencoba mencari orang lain dan memintanya membuat keputusan sulit bagi kita. Dengan begitu, jika kemudian terjadi sesuatu yang salah, kita punya seseorang sebagai kambing hitam. Beberapa teman saya pernah mencoba mengakali saya supaya membuat keputusan bagi mereka, tetapi saya menolak. Yang saya lakukan adalah menunjukkan kepada mereka bagaimana mereka sendiri bisa membuat keputusan yang bijaksana.
Saat kita tiba di persimpangan jalan dan tak yakin ke mana arah yang harus diambil, kita sebaiknya menepi, rehat sejenak, dan menanti datangnya bus. Biasanya, pada saat kita tidak berharap, sebuah bus tiba. Di depan bus umum ada tulisan yang menandakan tujuan bus itu. Jika tujuan Anda sama, naiklah ke bus. Jika tidak, tunggulah, selalu akan ada bus lain yang datang.
Demikian pula saat kita akan mengambil suatu keputusan dan tak yakin apa yang akan terjadi. Kita sebaiknya menepi, rehat sejenak, dan menunggu. Biasanya, saat kita tidak berharap, sebuah solusi akan menghampiri. Setiap solusi punya tujuan sendiri. Jika tujuannya cocok dengan tujuan kita, ambillah solusi itu. Jika tidak, kita tunggu lagi, akan selalu ada solusi lain yang datang.
Begitulah cara saya membuat keputusan. Saya mengumpulkan semua informasi dan menunggu kedatangan solusi. Sesuatu yang bagus akan selalu datang, asalkan saya tetap sabar. Biasanya dia datang tak disangka-sangka, ketika saya tidak memikirkannya.
(Dari: Buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya - 108 Cerita Pembuka Pintu Hati, karya Ajahn Brahm. Penerbit Awareness Publication, 2011)
Minggu, 26 Juni 2011
Senjata Kemenangan
Meyakinkan orang lain akan sebuah “kemenangan” di depan mata, sama sulitnya dengan meyakinkan orang bahwa matahari akan terbit di barat.
Menyuntikkan semangat perjuangan untuk meraih sesuatu dengan segala keterbatasan, sama beratnya dengan meyakinkan orang yang tak pernah membeli undian bahwa ia akan menang lotere.
Berikanlah semangat kepada orang lain dengan kreativitas dan inovasi melalui senjata psikologis yang dengan tepat akan menuju sasaran: Hati seseorang, itulah senjata kemenangan!
Menyuntikkan semangat perjuangan untuk meraih sesuatu dengan segala keterbatasan, sama beratnya dengan meyakinkan orang yang tak pernah membeli undian bahwa ia akan menang lotere.
Berikanlah semangat kepada orang lain dengan kreativitas dan inovasi melalui senjata psikologis yang dengan tepat akan menuju sasaran: Hati seseorang, itulah senjata kemenangan!
(Dari: Buku Stories of Zen in Comics – Kisah Zen dalam Komik untuk Mencapai Pencerahan Hidup, karya Ponijan Liaw & Andrew Ho. Penerbit PT Elex Media Komputindo, 2008)
Sabtu, 25 Juni 2011
Cincin Raja Salomo
Legenda kuno menceritakan, suatu kali Raja Salomo meminta seorang tukang emas membuat cincin dan menuliskan cincin itu dengan kata-kata yang akan tepat dan benar di segala situasi dan waktu.
Sebulan kemudian, tukang emas itu membawakan raja sebuah cincin emas bertuliskan, "Ini pun akan berlalu."
Ketika dilanda masalah, raja membaca tulisan di cincin itu dan menjadi bersemangat kembali. Begitu pula ketika mengalami hari istimewa yang sangat indah, raja pun membaca tulisan yang sama di cincin itu dan bersikap rendah hati untuk kembali pada realitas.
(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-6, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2004)
Sebulan kemudian, tukang emas itu membawakan raja sebuah cincin emas bertuliskan, "Ini pun akan berlalu."
Ketika dilanda masalah, raja membaca tulisan di cincin itu dan menjadi bersemangat kembali. Begitu pula ketika mengalami hari istimewa yang sangat indah, raja pun membaca tulisan yang sama di cincin itu dan bersikap rendah hati untuk kembali pada realitas.
(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-6, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2004)
Jumat, 24 Juni 2011
Bebas dari Rasa Takut
Setiap orang pernah mengalami rasa takut. Saat ketakutan datang, orang bisa dibuat lumpuh dan tak berdaya. Dari manakah ketakutan datang dan bisakah orang bebas secara total dari rasa takut?
Ketakutan tidak muncul dari keterputusan hubungan diri dengan sesuatu, melainkan selalu berhubungan dengan sesuatu. Ketakutan selalu mempunyai objek: takut akan seseorang yang kejam, pemerintahan yang represif, binatang buas, sakit, tua dan mati, kehilangan, ditinggal atau kesepian, gagal, takut akan masa lampau atau masa depan.
Sesuatu yang ditakuti itu sesungguhnya berasal dari apa yang diketahui, bukan apa yang tidak diketahui. Misalnya, orang takut akan kematian. Yang membuat takut, pertama-tama bukanlah apa yang tidak diketahui tentang kematian, melainkan apa yang diketahui tentang kehidupan ini.
Di balik rasa takut akan kematian, bukankah sesungguhnya orang takut kehilangan seseorang atau sesuatu yang dimilikinya? Di balik ketakutan akan ketidakpastian nasib setelah kematian, bukankah sesungguhnya orang takut kehilangan kepastian yang dijadikan pegangan.
Segala sesuatu yang diketahui adalah produk masa lampau. Karenanya, ketakutan selalu berasal dari masa lampau. Ketakutan akan masa depan tidak lain merupakan ekspresi dari ketakutan masa lampau, yang diproyeksikan ke depan. Misalnya, orang takut mengambil tindakan tertentu di masa depan, karena pernah mengalami kegagalan dalam tindakan tertentu di masa lampau.
Bebas dari rasa takut tidak bisa dicapai melalui metode apa pun untuk melenyapkan ketakutan. Supaya bebas dari rasa takut juga tidak dibutuhkan daya upaya untuk mengatasi ketakutan. Ketakutan berakhir hanya dengan memahami ketakutan secara total.
Saat otak dibiarkan diam dan pikiran berhenti, maka ketakutan kehilangan sengatnya. Saat arus waktu dibiarkan berhenti dan kesadaran Saat Sekarang dibiarkan hadir sepenuhnya, maka ketakutan kehilangan akarnya.
(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)
Kamis, 23 Juni 2011
Pelajaran dari Kura-Kura
Seorang anak kecil menemukan seekor kura-kura. Ia mulai mengamati, tetapi kura-kura memasukkan kepalanya. Anak kecil itu bingung dan mengambil sepotong kayu kecil. Ia berusaha mengorek-ngorek untuk mengeluarkan kura-kura itu.
Paman sang anak melihat dan mengatakan, "Bukan begitu caranya. Itu akan membunuh kura-kura. Kau tidak akan pernah bisa membuat kura-kura keluar dengan sepotong kayu." Lalu, paman anak itu mengambil kura-kura dan membawanya ke dalam rumah. Ia meletakkan kura-kura di dekat perapian. Dalam beberapa menit, kura-kura mulai mendapat kehangatan, mengeluarkan kepala dan merentangkan kaki-kakinya.
Paman sang anak melihat dan mengatakan, "Bukan begitu caranya. Itu akan membunuh kura-kura. Kau tidak akan pernah bisa membuat kura-kura keluar dengan sepotong kayu." Lalu, paman anak itu mengambil kura-kura dan membawanya ke dalam rumah. Ia meletakkan kura-kura di dekat perapian. Dalam beberapa menit, kura-kura mulai mendapat kehangatan, mengeluarkan kepala dan merentangkan kaki-kakinya.
"Kura-kurang memang seperti itu," kata pamannya. "Demikian pula dengan manusia. Kau tidak bisa memaksakan sesuatu kepada orang lain. Namun, jika lebih dulu engkau menghangatkan hati orang dengan kebaikan sejati, maka orang pun akan melakukan lebih dari yang engkau ingin orang itu lakukan."
(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-6, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2004)
Rabu, 22 Juni 2011
Elang Emas
Seseorang menemukan sebutir telur elang dan meletakkannya di eraman induk ayam. Anak elang itu menetas bersama anak-anak ayam dan menjadi besar bersama-sama mereka pula.
Selama hidupnya elang itu berbuat sama seperti seekor ayam. Ia mengira, dirinya seekor ayam saja. Ia mengais-ngais tanah untuk mencari cacing dan serangga. Ia berkotek-kotek. Ia juga mengebaskan sayapnya dan terbang tak seberapa jauh seperti ayam.
Selama hidupnya elang itu berbuat sama seperti seekor ayam. Ia mengira, dirinya seekor ayam saja. Ia mengais-ngais tanah untuk mencari cacing dan serangga. Ia berkotek-kotek. Ia juga mengebaskan sayapnya dan terbang tak seberapa jauh seperti ayam.
Tahun-tahun berlalu dan elang itu pun menjadi tua. Pada suatu hari ia melihat seekor burung perkasa terbang tinggi di angkasa biru. Burung itu melayang-layang dengan indah dan lincah melawan tiupan angin, hampir-hampir tanpa mengepakkan sayapnya yang kuat dan bewarna keemasan.
Elang tua itu melihat ke atas dengan rasa kagum. “Apakah itu?” tanyanya kepada temannya.
“Itulah elang, raja segala burung,” kata temannya. “Tetapi jangan terlalu memikirkan hal itu. Engkau dan aku berbeda dengan dia.”
Maka, elang tua itu pun tidak pernah memikirkan hal itu lagi. Akhirnya ia mati dengan masih tetap mengira dirinya hanyalah seekor ayam.
(Dari: Buku Burung Berkicau, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Yayasan Cipta Loka Caraka, 1984)
Selasa, 21 Juni 2011
Niat Baik Membawa Berkah
Seorang pria dari Chu menangkap seekor burung pheasant. Seorang tua melihatnya dan bertanya, "Burung apakah itu?" Dengan ringan pria itu menjawab, "Burung phoenix."
Orang tua itu tertarik membeli burung phoenix, burung mistik yang belum pernah dilihatnya. "Maukah engkau menjualnya seharga sepuluh ons emas?" tanyanya. Pria si pemilik burung meminta harga lebih tinggi. Akhirnya disepakati harga dua puluh ons emas. "Aku akan mempersembahkan burung ini untuk pangeran," ujar orang tua itu dengan gembira.
Keesokan pagi, orang tua itu mendapati burung yang dibelinya mati. "Wah... saya tidak bisa mempersembahkannya untuk pangeran," orang tua itu meratap dan menangis. Para tetangganya yang mendengar ratapan tersebut menyebarluaskan kabar itu dari mulut ke mulut.
Pangeran dari Chu akhirnya mendengar berita itu dan meminta pengawal memanggil si orang tua. "Terimalah dua ratus ons emas ini sebagai upah atas kesetiaanmu kepadaku," kata sang pangeran kepada orang tua tersebut.
Niat baik yang berakar dalam hati akan membawa berkah, sekali pun dijegal niat buruk orang lain.
(Dari: Buku Mutiara Hikmat - Kisah Negeri Tiongkok, karya Wu Jingyu & Geraldine Chay, ilustrasi Tian Hengyu. Penerbit Lucky Publishers, 2006)
Orang tua itu tertarik membeli burung phoenix, burung mistik yang belum pernah dilihatnya. "Maukah engkau menjualnya seharga sepuluh ons emas?" tanyanya. Pria si pemilik burung meminta harga lebih tinggi. Akhirnya disepakati harga dua puluh ons emas. "Aku akan mempersembahkan burung ini untuk pangeran," ujar orang tua itu dengan gembira.
Keesokan pagi, orang tua itu mendapati burung yang dibelinya mati. "Wah... saya tidak bisa mempersembahkannya untuk pangeran," orang tua itu meratap dan menangis. Para tetangganya yang mendengar ratapan tersebut menyebarluaskan kabar itu dari mulut ke mulut.
Pangeran dari Chu akhirnya mendengar berita itu dan meminta pengawal memanggil si orang tua. "Terimalah dua ratus ons emas ini sebagai upah atas kesetiaanmu kepadaku," kata sang pangeran kepada orang tua tersebut.
Niat baik yang berakar dalam hati akan membawa berkah, sekali pun dijegal niat buruk orang lain.
(Dari: Buku Mutiara Hikmat - Kisah Negeri Tiongkok, karya Wu Jingyu & Geraldine Chay, ilustrasi Tian Hengyu. Penerbit Lucky Publishers, 2006)
Kesalahan Terburuk
Tanpa disadari, banyak orang terkadang menganggap orang lain salah dan diri sendiri benar. Padahal, kata Kahlil Gibran, "Kesalahan terburuk kita adalah terlalu sibuk mengurusi kesalahan orang lain."
Orang yang sukses adalah orang yang memiliki kebesaran jiwa terhadap kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
(Dari: Buku Stories of Zen in Comics - Kisah Zen untuk Mencapai Pencerahan Hidup, karya Ponijan Liaw & Andrew Ho. Penerbit Elex Media Komputindo, 2008)
Orang yang sukses adalah orang yang memiliki kebesaran jiwa terhadap kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
(Dari: Buku Stories of Zen in Comics - Kisah Zen untuk Mencapai Pencerahan Hidup, karya Ponijan Liaw & Andrew Ho. Penerbit Elex Media Komputindo, 2008)
Senin, 20 Juni 2011
Jembatan Spektakuler
Jembatan Brooklyn yang terentang di atas sungai antara Manhattan dan Brooklyn di Ameika Serikat, sungguh merupakan suatu keajaiban rekayasa teknik. Tahun 1883, John A. Roebling, teknisi kreatif, berinisiatif membangun jembatan itu. Para ahli pembangunan jembatan memintanya melupakan mimpi tersebut, karena mustahil.
Roebling mengajak anaknya, Washington, teknisi yang sedang naik daun. Mereka berhasil meyakinkan para bankir untuk membiayai proyek itu. Namun, saat proyek baru berlangsung beberapa bulan, kecelakaan tragis menewaskan Roebling, sementara Washington mengalami gegar otak berat sehingga tak dapat berbicara dan berjalan.
Setiap orang berpikir, proyek jembatan Brooklyn akan gagal, karena hanya ayah-anak itu yang paham konsepnya. Walaupun Washington tidak mampu bergerak dan berbicara, otaknya tetap tajam. Ia tetap berkeinginan menyelesaikan proyeknya. Saat terbaring di rumah sakit, muncul ide menciptakan komunikasi dengan simbol.
Satu-satunya anggota tubuh yang masih bisa digerakkan adalah salah satu jarinya. Maka, dengan jari itu Washington menyentuh telapak tangan istrinya. Ia memberi kode apa yang harus disampaikan istrinya kepada para teknisi untuk melanjutkan pembangunan jembatan tersebut.
Selama 13 tahun Washington memberikan instruksinya dengan menggunakan satu jari, hingga akhirnya Jembatan Brooklyn yang spektakuler itu selesai.
(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-5, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2002)
Roebling mengajak anaknya, Washington, teknisi yang sedang naik daun. Mereka berhasil meyakinkan para bankir untuk membiayai proyek itu. Namun, saat proyek baru berlangsung beberapa bulan, kecelakaan tragis menewaskan Roebling, sementara Washington mengalami gegar otak berat sehingga tak dapat berbicara dan berjalan.
Setiap orang berpikir, proyek jembatan Brooklyn akan gagal, karena hanya ayah-anak itu yang paham konsepnya. Walaupun Washington tidak mampu bergerak dan berbicara, otaknya tetap tajam. Ia tetap berkeinginan menyelesaikan proyeknya. Saat terbaring di rumah sakit, muncul ide menciptakan komunikasi dengan simbol.
Satu-satunya anggota tubuh yang masih bisa digerakkan adalah salah satu jarinya. Maka, dengan jari itu Washington menyentuh telapak tangan istrinya. Ia memberi kode apa yang harus disampaikan istrinya kepada para teknisi untuk melanjutkan pembangunan jembatan tersebut.
Selama 13 tahun Washington memberikan instruksinya dengan menggunakan satu jari, hingga akhirnya Jembatan Brooklyn yang spektakuler itu selesai.
(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-5, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2002)
Saat Ini
SAAT INI adalah satu-satunya waktu yang kita miliki. ORANG YANG PALING PENTING adalah orang yang saat ini sedang bersama Anda, yang berada di depan Anda, karena kita tidak akan pernah tahu kita akan bersama siapa di masa yang akan datang. TUGAS TERPENTING yang layak dikerjakan adalah membuat orang yang sedang bersama Anda bahagia, dan itulah tujuan hidup ini.
- Thich Nhat Hanh
(Dari: Buku Keajaiban Hidup Sadar, karya Thich Nhat Hanh. Penerbit Karaniya, 2010)
Minggu, 19 Juni 2011
Menyadari Keberadaan di Saat Sekarang
Meditasi non-konsentratif merupakan sarana untuk memahami gerak-gerik batin, menyadari keberadaan di Saat Sekarang. Dalam meditasi non-konsentratif tidak ada teknik atau metode. Meditasi non-konsentratif atau meditasi tanpa objek adalah meditasi tanpa gambar, tanpa imajinasi, tanpa simbolisasi, tanpa visualisasi, tanpa fokus, tanpa tema, atau tanpa konsep. Yang dilakukan pemeditasi hanyalah duduk diam dengan batin hening, menyadari keberadaan di Saat Sekarang, mengamati segala sesuatu yang datang dan pergi tanpa tebang pilih, memberi perhatian terhadap segala sesuatu apa adanya.
Meditasi non-konsentratif tidak menggunakan kemampuan pikiran. Keinginan, kehendak, atau daya upaya untuk menolak atau membuang atau menghentikan pikiran masih merupakan bagian dari ego yang berpikir. Dengan adanya kesadaran terus-menerus (eling) dalam waktu yang lama terhadap gerak-gerik batin yang merupakan proses-proses dalam diri, maka ego atau diri menjadi “pudar,” “berakhir,” atau “mati” dengan sendirinya.
Meditasi yang menggunakan suatu teknik untuk mengejar tujuan tertentu, tidak akan membawa kita ke mana-mana. Ego atau diri tetap ada di situ. Kita tidak keluar dari penjara ego atau diri. Mungkin, meditasi dengan teknik atau metode tertentu dapat membuat Anda merasa “waras,” tetapi melemahnya ego atau diri tidak bisa dicapai lewat teknik atau metode apa pun. Bahkan, selama masih ada ego atau diri, tidak ada kewarasan yang sesungguhnya.
Meditasi non-konsentratif tidak menggunakan kemampuan pikiran. Keinginan, kehendak, atau daya upaya untuk menolak atau membuang atau menghentikan pikiran masih merupakan bagian dari ego yang berpikir. Dengan adanya kesadaran terus-menerus (eling) dalam waktu yang lama terhadap gerak-gerik batin yang merupakan proses-proses dalam diri, maka ego atau diri menjadi “pudar,” “berakhir,” atau “mati” dengan sendirinya.
Meditasi yang menggunakan suatu teknik untuk mengejar tujuan tertentu, tidak akan membawa kita ke mana-mana. Ego atau diri tetap ada di situ. Kita tidak keluar dari penjara ego atau diri. Mungkin, meditasi dengan teknik atau metode tertentu dapat membuat Anda merasa “waras,” tetapi melemahnya ego atau diri tidak bisa dicapai lewat teknik atau metode apa pun. Bahkan, selama masih ada ego atau diri, tidak ada kewarasan yang sesungguhnya.
(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial & Meditasi Sebagai Pembebasan Diri, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009 & 2011)
Sabtu, 18 Juni 2011
Kesucian pada Saat Sekarang
Buddha pernah ditanya, “Siapakah yang disebut orang suci?”
“Setiap jam terbagi atas sejumlah detik tertentu, dan setiap detik ada bagian-bagiannya lagi. Barangsiapa mampu memberi perhatian penuh pada setiap bagian detik itu, sungguh pantas disebut orang suci.”
Seorang prajurit ditangkap musuhnya dan dimasukkan ke penjara. Semalaman ia tak bisa tidur, karena yakin keesokan hari ia akan disiksa dengan kejam. Tiba-tiba kata Guru Zen terlintas dalam benaknya, “Hari esok bukanlah kenyataan. Satu-satunya kenyataan adalah Saat Sekarang.”
Maka, prajurit itu kembali ke Saat Sekarang, dan tertidur lelap.
Orang yang tidak dikuasai oleh masa depan bagaikan kawanan burung di angkasa dan rumpun bunga bakung di padang. Ia tidak khawatir akan hari esok. Segalanya adalah hari ini. Sungguh, ia itulah orang suci!
Langganan:
Postingan (Atom)