Hidup itu bagaikan sebotol anggur keras.
Ada yang puas membaca etiket yang tercantum pada botolnya,
ada yang mencicipi isinya.
Suatu kali Sang Guru menunjukkan setangkai bunga kepada murid-muridnya,
dan meminta agar setiap orang menyatakan pendapatnya tentang bunga itu.
Mereka mengamati bunga selama beberapa saat.
Lalu, ada yang mengungkapkan falsafah tentang bunga.
Ada yang menggubah puisi.
Ada pula yang membuat perumpamaan.
Semua berusaha saling mengalahkan dengan uraian semakin dalam.
Pembuat etiket!
Salah seorang mengamati bunga itu,
lalu tersenyum tanpa berkata apa-apa.
Hanya dialah yang telah melihatnya.
Seandainya aku dapat menikmati seekor burung,
setangkai bunga,
sebatang pohon,
wajah seorang manusia!
Tetapi sayang, aku tak punya waktu!
Aku terlalu sibuk membaca semakin banyak etiket
dan malah masih kutambah dengan etiket-etiket buatanku sendiri.
Padahal, satu kali pun aku belum pernah
mabuk karena anggur di dalam botol.
(Dari: Buku Burung Berkicau, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Yayasan Cipta Loka Caraka, 1984)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar