Negeri Yue tidak punya kereta, orang-orang di sana juga tidak tahu bagaimana cara membuat kereta. Mereka sangat ingin tahu teknik pembuatan kereta untuk memperkuat kekuatan pasukan perang mereka.
Suatu kali, seseorang dari negeri Yue bertamasya ke negeri Jin. Dalam perjalanan pulang, di hutan perbatasan antara negeri Jin dan negeri Chu, tiba-tiba ia melihat sebuah benda menarik. “Bukankah itu kereta?” pikir orang Yue ini, teringat bentuk kereta yang dilihatnya di negeri Jin.
Benda itu memang sebuah kereta, namun sudah rusak parah. Rodanya hancur, kayu penyangganya telah lapuk, tidak ada bagian kereta yang masih utuh. Tetapi orang Yue ini tidak punya gambaran yang tepat tentang bentuk kereta seperti apa. Ia ingin memberi jasa bagi negerinya yang tak punya kereta. Maka, ia mencari cara untuk mengangkut kereta bobrok itu ke negeri Yue.
Setiba di negeri Yue, ia gembar-gembor atas keberhasilannya mendapatkan kereta, “Datanglah ke rumah saya. Keretanya luar biasa.” Orang-orang berduyun-duyun datang melihat kereta. Mereka sangat puas. Hampir semua orang percaya pada omong besar orang itu.
“Kelihatannya tidak bisa dipakai. Apakah sudah rusak?” tanya seorang.
“Kamu tidak percaya perkataan Tuan itu? Sejak awal pasti kereta bentuknya memang begitu,” ujar yang lain.
Akhirnya rakyat negeri Yue membuat kereta yang modelnya sama persis dengan kereta bobrok itu. Orang-orang negeri Jin dan negeri Chu yang melihat kereta buatan negeri Yue tertawa terbahak-bahak. Tetapi orang Yue tak peduli dengan cemoohan itu dan terus memproduksi kereta rusak.
Suatu ketika, terjadi peperangan. Musuh mulai menekan sampai ke perbatasan negeri Yue. Tetapi rakyat Yue sama sekali tak gentar. Para tentara Yue yang mengendarai kereta bobrok mulai maju menyerang musuh. Belum terlalu jauh berjalan, kendali kereta dan penyangganya lepas. Tentara Yue jatuh dari kereta. Pasukan musuh dengan mudah menyerang maju dan membuat barisan tentara Yue hancur. Pasukan Yue tak mampu bertahan. Tetapi sampai akhir, mereka masih tidak tahu, kalau kekalahan mereka disebabkan kereta yang rusak.
Saat mempelajari sesuatu kita hendaknya tidak asal saja, langsung menelan mentah-mentah, atau meniru sama persis yang diajarkan. Gunakanlah akal, pilah dan pilih, ambillah bagian yang baik dan berguna, buanglah yang rusak dan merugikan.
(Dari: Buku 200 Kisah Terindah Sepanjang Masa dari China, karya Din Man. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar