Seorang anak muda menghabiskan waktu satu bulan setiap musim panas untuk berlibur bersama orangtuanya di rumah tua seorang petani. Rumah itu sudah berusia sekitar 150 tahun ketika dibeli oleh keluarganya dan belum pernah dipugar.
Sumber persediaan air selama bertahun-tahun berasal dari sumur tua yang terletak persis di luar pintu depan rumah. Sumur ini tidak pernah kering, bahkan di musim kemarau yang paling kering, sumur tua itu tetap setia menghasilkan air yang bening dan dingin.
Suatu kali, rumah tua itu dipugar. Sumur baru dibor beberapa puluh meter jaraknya dari rumah. Sumur tua tersebut ditutup selama beberapa tahun, sampai suatu hari terdorong rasa ingin tahu, anak muda yang sekarang sudah dewasa itu memutuskan untuk membuka dan memeriksa kondisi sumur tua.
Ketika menyingkirkan penutup sumur, ternyata sumur tua itu sudah kering. Ia lalu meneliti apa yang sebenarnya terjadi dengan sumur tersebut. Ternyata, sumur itu dialiri oleh ratusan sungai kecil di bawah tanah, yang selalu mengalirkan persediaan air. Ketika air ditimba dari sumur, maka lebih banyak lagi air mengalir ke dalam sumur melalui sungai-sungai kecil, sehingga saluran-saluran kecil ini tetap bersih dan terbuka.
Tetapi, ketika sumur tidak digunakan dan air tidak ditimba secara teratur, maka sungai-sungai kecil itu tertutup alirannya. Sumur yang menghasilkan air tanpa pernah kering selama bertahun-tahun, kini kering kerontang - bukan karena kekurangan air, melainkan karena sudah lama tidak digunakan.
(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-4, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar