Ketika Abraham Lincoln berkampanye untuk menduduki kursi kepresidenan, salah seorang lawan politiknya adalah Edwin McMasters Stanton. Begitu bencinya Stanton kepada Lincoln, sehingga ia mengucapkan kata-kata kasar tentang penampilan fisik Lincoln, dan selalu berusaha mempermalukan Lincoln dengan pidato-pidato yang sangat menghina.
Lincoln akhirnya terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-16. Ia harus memilih para anggota kabinetnya, yang akan menjadi rekan kerja akrab untuk menjalankan program-programnya. Jabatan menteri pertahanan yang sangat penting diserahkan Lincoln kepada Stanton. Ketika kabar itu menyebar, terjadi kegemparan di lingkungan kepresidenan. Para penasihat Lincoln protes, tetapi Lincoln tak bergeming.
Beberapa tahun kemudian, Lincoln terbunuh. Banyak hal baik dikatakan tentang dia. Namun, dari semua pernyataan hebat, kata-kata yang diucapkan Stanton tetap menjadi kata-kata yang paling hebat. Ia berdiri di samping jenazah orang yang pernah sangat dibencinya itu. Stanton memuji Lincoln sebagai orang terbesar yang pernah hidup.
Seandainya Lincoln membenci Stanton, mungkin saja kedua pria itu memasuki liang kubur sebagai musuh besar. Namun, dengan kekuatan cinta, Lincoln berhasil mengubah seorang musuh menjadi sahabat.
(Dari: Buku Percikan Kebijaksanaan - Rangkaian Kisah Keutamaan Hidup, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar