Seorang profesor sedang menyeberangi Sungai Jamuna dengan perahu. Dia bertanya kepada tukang perahu, “Apakah Anda pernah belajar aritmatika?”
“Belum pernah, Pak,” jawab tukang perahu.
“Kalau begitu, Anda kehilangan sepertiga dari hidup Anda. Lalu, apakah Anda pernah belajar membaca dan menulis?” tanya profesor lagi.
“Tidak pernah, Pak,” sahut tukang perahu.
“Kalau begitu, Anda telah kehilangan dua pertiga dari hidup Anda.”
“Belum pernah, Pak,” jawab tukang perahu.
“Kalau begitu, Anda kehilangan sepertiga dari hidup Anda. Lalu, apakah Anda pernah belajar membaca dan menulis?” tanya profesor lagi.
“Tidak pernah, Pak,” sahut tukang perahu.
“Kalau begitu, Anda telah kehilangan dua pertiga dari hidup Anda.”
Tiba-tiba terjadi badai dahsyat. Perahu terguncang dihantam badai gelombang air sungai yang mengganas. Dalam detik-detik yang mengerikan itu, tukang perahu bertanya kepada profesor, “Apakah Anda pernah belajar berenang?”
“Belum pernah,” jawab profesor.
“Kalau begitu, saya sangat khawatir Anda akan kehilangan seluruh hidup Anda, karena ….”
Belum sempat tukang perahu menyelesaikan ucapannya, perahu terbalik dan ditelan gelombang sangat ganas. Tukang perahu berenang ke pantai dengan selamat, namun profesor itu tenggelam bersama perahu.
Semua pengetahuan bermanfaat. Tetapi, pengetahuan lain yang juga sangat penting adalah pengetahuan tentang cara menyeberangi Pantai Lain. Dunia ini dikenal sebagai lautan kehidupan lahiriah (sansara sagara). Berbahagialah orang-orang yang telah mempelajari keterampilan menyeberang untuk bisa mencapai Sisi Lain lautan itu.
(Dari: Buku Kumpulan Kisah Bijak – Saat Chung Tzu Kehilangan Istri, karya J.P. Vaswani. Penerbit Kanisius, 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar