Seorang pria bersama istrinya pergi mengunjungi teman mereka yang rumahnya terletak beberapa mil jauhnya. Dalam perjalanan menuju ke sana, mereka ingat harus menyeberangi jembatan yang sangat tua dan rapuh. Sang istri mulai cemas.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanyanya. "Aku tidak berani menyeberangi jembatan itu. Lagi pula, tidak ada satu pun perahu yang dapat menyeberangkan kita melewati sungai itu."
"Aku tidak pernah memikirkan jembatan itu. Andai jembatan itu ambrol ketika kita sedang berjalan di atasnya, kita pasti tenggelam," kata sang suami.
"Atau bayangkan," sahut istrinya, "engkau menginjak papan yang lapuk, kakimu terperosok dan patah. Siapa yang akan merawat aku dan anak-anak?"
"Aku tidak tahu," jawab suaminya, "mungkin keluarga kita akan mati kelaparan."
Demikianlah yang terjadi sepanjang perjalanan mereka. Pasangan suami-istri itu terus dilanda kecemasan, membayangkan semua kemungkinan terburuk yang mungkin mereka alami, sampai mereka tiba di jembatan itu dan menemukan jembatan baru telah dibangun. Mereka melintasi jembatan itu dengan selamat.
Menurut Thomas Jefferson, Presiden Amerika Serikat ke-3 dan penulis Deklarasi Kemerdekaan negara itu, otak kita terlalu banyak digerogoti oleh pikiran-pikiran negatif yang sebetulnya tidak akan pernah terjadi.
(Dari: Buku Kumpulan Kisah Bijak - Saat Chung Tzu Kehilangan Istri, karya J.P. Vaswani. Penerbit Kanisius, 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar