Kita terbiasa menggunakan pikiran saat menghadapi masalah. Ketika masalah datang, kita menganalisis, membandingkan, mencari penyebabnya, menilai, dan menarik kesimpulan.Nyatanya, jawaban intelektual terhadap masalah tidak menyelesaikan masalah.
Meskipun kita memiliki kecanggihan intelektual, tak ada hari tanpa masalah. Hidup sehari-hari menjadi kisah perjuangan yang melelahkan dan tak bermakna, kecuali hanya untuk bertahan hidup. Orang suka menghafal dan mengingat teori-teori tertentu, nasihat-nasihat bijak, teks-teks suci, atau rumus-rumus doa tertentu. Namun, semua itu tidak membuat orang bebas dari masalah.
Masalah muncul karena adanya gerak pikiran. Pikiran sebaik apa pun tidak akan membebaskan diri dari masalah, karena gerak pikiran yang tak lain dari diri adalah akar segala masalah. Dalam gerak pikiran, ada ketakutan terhadap fakta kehidupan, keserakahan, pengejaran, keakuan, harapan, keinginan, ambisi, pelarian, dan seterusnya.
Upaya apa pun untuk keluar dari masalah, malah menimbulkan masalah baru. Maka, daripada mencari solusi masalah, lebih bermakna memahami masalah seperti apa adanya. Untuk itu, kita perlu mengenal diri, karena diri yang menjadi akar segala masalah. Kalau diri lenyap, masalah juga akan berakhir dengan sendirinya.
(Dari: Buku Revolusi Batin Adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit: Kanisius, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar