Kebanyakan meditasi bersifat konsentratif. Artinya, memusatkan perhatian pada objek tertentu terus-menerus. Objek itu bisa berupa napas, objek pendengaran, rasa-perasaan tubuh, mantra, kata-kata suci, atau lainnya. Padahal, Anda ingin batin Anda hening. Dengan mengambil objek tertentu sebagai fokus terus-menerus, Anda menghalangi pikiran dan emosi lain yang datang, sehingga Anda tidak memahaminya. Kalau kita ingin memahami diri dalam meditasi, semua teknik meditasi konsentratif tidak akan banyak membantu.
Meditasi non-konsentratif merupakan praktik ke-eling-an atau kesadaran pasif (awareness) atau perhatian penuh (mindfulness) yang ditujukan pada seluruh proses diri individual yang meliputi rasa-tubuh, perasaan, pikiran, penalaran, ingatan, keinginan, niat atau kehendak; pada saat berbagai hal itu muncul dalam kesadaran.
Kesadaran sehari-hari kita didominasi oleh pikiran dan emosi. Kalau ada ke-eling-an atau kesadaran pasif dari saat ke saat secara berkesinambungan tentang seluruh proses ego atau diri, maka gerak ego atau diri yang didominasi pikiran dan emosi akan berhenti dengan sendirinya. Muncul sesuatu yang lain, yang tidak bisa ditangkap oleh kesadaran sehari-hari.
Pengalaman akan sesuatu yang lain itu beraneka ragam. Dalam momen mutasi kesadaran ini, batin dapat mengalami transformasi, pemurnian, penerangan atau pencerahan, unifikasi, pascaunifikasi, pembebasan, dan seterusnya.
(Dari: Buku Meditasi Sebagai Pembebasan Diri, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar