Orang dianggap mati secara klinis ketika otak sudah tidak bisa bekerja lagi. Sebaliknya, ketika otak masih aktif bekerja, meskipun orang tidak bernapas lagi, orang tersebut dianggap masih hidup. Kematian dan kehidupan sangat tergantung pada mati hidupnya otak.
Dalam keadaan normal, otak aktif bekerja memproduksi pikiran. Kemudian pikiran menciptakan reaksi-reaksi mental dan berbagai rasa-perasaan, menggerakkan kehendak, dan mewujud dalam tindakan. Ketika seseorang mati, ia diputuskan dari segala keterhubungan: hubungan dengan tindakannya, rasa-perasaannya, pikirannya, dirinya, orang lain, lingkungan, dan seterusnya. Orang sering takut mati, karena tidak tahu bagaimana menjalani kehidupan.
Dualitas antara kematian dan kehidupan sebenarnya hanya produk pikiran. Dualitas tersebut tidak ada dalam kenyataan, sebab realitas yang paling dalam adalah kehidupan itu sendiri, kehidupan yang bukan lawan dari kematian - disebut keabadian atau lebih tepat kehidupan di luar waktu.
Kehidupan di luar waktu sudah bisa dialami setiap orang saat masih hidup di dunia ini. Syaratnya hanya satu, yaitu orang bisa melepaskan segala bentuk keterikatan atau pengkondisian seperti kalau ia mati. Itulah jalan kematian, sekaligus jalan kehidupan.
(Dari: Buku Revolusi Batin Adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar