Cinta yang matang seperti api tanpa asap.
Nyala api Cinta tidak bisa dipikirkan atau dirumuskan.
Ia bukan produk pikiran.
Ia bukan kenangan masa lampau, bukan pula proyeksi harapan di masa depan.
Ia bukan rasa-perasaan.
Ia tidak punya motif dan tidak punya tujuan.
Ia bukan milikku dan bukan milikmu,
bukan milik kelompokku dan bukan milik kelompokmu.
Nyala api Cinta seperti itu akan terlahir kalau diri pudar. Pudarnya diri hanya mungkin kalau kita memahami masalah-masalah eksistensi kita sampai tuntas, tanpa ambisi untuk mencari solusi. Diri yang bebas dari asap segala bentuk keinginan, membuat nyala api Cinta merekah.
Cinta yang bebas asap melahirkan sukacita, membawa kita lebih dekat dengan Allah yang adalah Cinta. Cinta adalah jalan paling baik menuju Allah. Mencintai Allah dengan sepenuh hati dan mencintai sesama seperti diri sendiri merupakan satu gerak yang tak berbeda. Cinta yang ditujukan kepada Allah sama dengan Cinta yang ditujukan kepada sesama.
Seperti balok kayu yang dilemparkan ke dalam api, kemudian api akan membakar balok kayu itu sampai habis. Tak ada kayu yang tersisa, lebur dalam api. Dalam Cinta semua terlebur di dalam Allah. Diri dan sesama tidak ada, yang tinggal hanyalah Cinta dari dan kepada Allah.
(Dari: Buku Revolusi Batin Adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar