Pikiran kita terbiasa membuat polarisasi. Dualitas konflik dan damai, suka dan duka, benci dan cinta dianggap sebagai nyata. Padahal, semua itu hanya ilusi.
Orang yang tercerahi, tidak akan melihat keberhasilan sebagai nasib baik dan kegagalan sebagai nasib buruk. Pahitnya hidup tidak identik dengan keburukan, manisnya hidup tidak identik dengan kebaikan.
Alih-alih menilai kenyataan hidup dalam polaritas baik dan buruk, lebih bermakna melihat fakta kehidupan seperti apa adanya, tidak kurang dan tidak lebih.
Orang yang melampaui dualitas - baik dan buruk, damai dan konflik, cinta dan benci - akan memahami dari pengalaman langsung apa artinya damai batin yang bukan lawan dari konflik, sukacita tak terbatas yang bukan lawan dari dukacita, kasih suci yang bukan lawan dari benci.
Damai batin selalu bersanding dengan fakta kehidupan. Pemutusan setiap rantai upaya untuk melarikan diri atau menentang fakta kehidupan akan memberi peluang bagi damai batin dalam diri Anda.
(Dari: Buku Revolusi Batin Adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar