Blanca lahir di Satmar, kota kecil di pinggiran Hungaria, sebagai anak ketiga dari sepuluh bersaudara. Hidup dalam keluarga besar di kota yang banyak anak kecil, menjadikan Blanca tak begitu menonjol. Ia bukan murid teladan, tak punya bakat khusus, dan tidak terlalu populer di kalangan teman-temannya.
Tak seorang pun memberi perhatian khusus kepada Blanca, kecuali Sergi, anak lelaki yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Sejak kecil mereka sering bermain bersama di pekarangan rumah dan lapangan tepi kota. Sampai remaja, mereka masih tetap senang bermain dan bercanda. Sergi mengatakan kepada ibunya, "Aku akan menikah dengan Blanca suatu saat nanti."
Bagi kedua remaja itu, kehidupan terasa indah, tetapi tak berlangsung lama karena pecah Perang Dunia II. Untuk mengantisipasi keadaan terburuk, keluarga Blanca pindah ke Amerika. Kepindahan itu sangat sulit dan tak menyenangkan bagi Blanca, tetapi ia tak punya pilihan lain. Meski mereka tetap ingin menjalin komunikasi, perang yang sedang berkobar tak memungkinkan hal itu.
Ketika Blanca berusia 18 tahun, orangtuanya mengatur pertemuan dengan seorang pemuda yang bereputasi baik. Walau hati Blanca masih tertuju kepada Sergi, ia bisa dibujuk untuk melupakan masa lalunya. Ia menikah dengan pemuda itu dan punya lima anak. Dengan berlalunya waktu, kenangan akan Sergi memudar, tetapi tak benar-benar terlupakan.
Tahun 1995, Blanca kembali ke tanah airnya. Ia telah menjadi nenek dari 10 cucu. Dari seorang kerabat jauh, ia dengar Sergi masih tetap tinggal di Satmar. Blanca ingin mengatakan kepada Sergi, ia tetap menyimpan kenangan manis mereka dan tak pernah berhenti mencintai Sergi.
Setiba di Satmar, Blanca memanggil taksi. "Bisakah Anda mengantar saya ke alamat ini?" tanya Blanca. "Ah, sahabat saya, Sergi," kata sopir taksi. "Anda ingin bertemu dengannya?" Blanca mengangguk. "Anda belum dengar?" sopir taksi berkata dengan suara rendah, "Kemarin Sergi meninggal."
Blanca tidak berkesempatan menyampaikan isi hatinya. Ia mengunjungi makam Sergi dan meletakkan karangan bunga di batu nisannya.
Kita mengira selalu masih ada hari esok, jadi untuk apa melakukannya sekarang? Padahal, yang kita miliki hanyalah hari ini: apa yang kita cintai, apa yang kita rasakan, dan apa yang nyata. Esok semua bisa berubah.
(Dari: Buku Small Miracles - 68 Kisah Nyata tentang Kebetulan-Kebetulan Tak Terduga yang Memperkaya Jiwa, karya Yitta Halberstam & Judith Leventhal. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar