Orang yang sudah lebih maju dalam kehidupan doanya, bisa merasa terganggu dengan kata, sehingga ia merasa lebih cocok untuk berdoa dalam keheningan. Itulah yang disebut doa hening.
Doa hening adalah doa yang diam dengan batin yang sungguh-sungguh hening. Segala bentuk aktivitas pikiran tidak dipakai. Doa hening dapat dilakukan siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Dalam keheningan, pendoa menyadari dan merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya dan segala sesuatu.
Doa yang mendalam dan tak kunjung putus membawa pendoa semakin bersatu dengan Tuhan. Kesatuan dengan Tuhan inilah barangkali tujuan dari perjalanan hidup kaum monoteis.
Pengalaman kesatuan diri dengan Tuhan itu bisa dicapai saat manusia masih hidup. Orang tak perlu menunggu nanti kalau sudah meninggal. Bukan hanya orang-orang suci yang membuktikan kebenaran ini, tetapi juga banyak pendoa di antara orang-orang biasa di sekitar kita yang masih hidup.
Dalam pengalaman kesatuan mistik aku dan Tuhan, si aku atau diri masih ada. Diri ini bersatu dengan Tuhannya seperti sekeping mata uang. Di sisi yang satu ada diri, di sisi yang lain ada Tuhan.
Dalam pengalaman pasca-kesatuan mistik, diri dan Tuhan sepenuhnya berakhir. Orang mengalami sesuatu di luar waktu, Kebenaran, Realitas yang Tak Dikenal. Doa hening dapat menghantar pendoa memasuki pengalaman pasca-kesatuan mistik.
Bagi para pendoa seperti itu, doa bukan hanya tindakan berkomunikasi dengan Tuhan pada ruang dan waktu tertentu, tetapi seluruh hidupnya menjadi doa itu sendiri. Mereka mengalami secara aktual bahwa segala sesuatu ada dalam Yang Mahakudus atau Tuhan dan hidup seutuhnya dari saat ke saat.
(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar