Roh Kebenaran merupakan suatu entitas Roh yang tidak memiliki substansi, tekstur, dan warna. Ia tidak bisa dijelaskan atau diilustrasikan. Penjelasan atau ilustrasi tentang Roh Kebenaran hanyalah proyeksi pikiran, tetapi bukan Roh Kebenaran yang sesungguhnya.
Kalau kita hidup dalam Kebenaran, maka kita hidup bukan dalam ide tetapi dalam Roh. Itu bukan konsep, teori, gagasan. Roh Kebenaran atau Kebenaran yang Hidup seperti halnya Cinta. Ia tidak bisa dijangkau dengan pikiran, emosi, atau indra kita.
Kalau kita hidup dalam Kebenaran, maka kita hidup bukan dalam ide tetapi dalam Roh. Itu bukan konsep, teori, gagasan. Roh Kebenaran atau Kebenaran yang Hidup seperti halnya Cinta. Ia tidak bisa dijangkau dengan pikiran, emosi, atau indra kita.
Roh Kebenaran tidak bisa dikejar. Ia datang sendiri sebagai berkah di padang gurun kekosongan batin. Ia tidak bisa dikenali atau didekati. Ia sendiri yang mendekati. Ia sendiri yang bisa menunjukkan wajahNya, sehingga bisa dilihat tanpa objek yang terlihat. Ia sendiri yang bisa memperdengarkan suaraNya, tanpa objek yang bersuara. Ia sendiri yang bisa membuat terpahami, tanpa meninggalkan jejak memori.
Selama kita hidup dengan semangat dunia, maka Roh Kebenaran itu tak bisa dikenali, sekalipun mungkin Ia menunjukkan wajahNya. Roh Kebenaran datang ketika arus dunia dalam diri kita berhenti; ketika indra, pikiran, dan emosi yang bergerak terpecah-pecah berhenti.
Ketika kita bergerak di luar arus dunia dari saat ke saat, maka Roh Kebenaran datang mendekat. Pada saat kita sungguh sadar bahwa kita terjebak pada yang serba-terbatas, saat itu pula ada sentuhan Yang Tak Terbatas. Pada saat kita sungguh sadar bahwa kita hanya digerakkan oleh yang dikenal, saat itu pula ada pengenalan akan apa Yang Tak Dikenal.
Pada saat kita sungguh sadar bahwa kita terpenjara dalam kepalsuan, saat itu pula Kesejatian terlihat. Pada saat kita sungguh sadar bahwa segala sesuatu hanya sementara, saat itu pula pintu cakrawala Keabadian terkuak.
(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar