Hidup sehari-hari kebanyakan orang merupakan mata rantai tindakan yang merupakan hasil dari berbagai keputusan. Ketika muncul rangsangan atau tantangan dari luar atau dari dalam batin, pikiran bereaksi dengan menilai, membuat keputusan, dan akhirnya mengambil tindakan. Tindakan sebagai hasil dari sebuah pilihan tidak selalu benar, karena ada intervensi pikiran yang terkondisi.
Sebagai contoh, kita bisa menggalang massa, turun ke jalan dan berteriak-teriak untuk kebebasan, keadilan, dan perdamaian. Kita bisa menggalang opini publik untuk melawan segala bentuk penindasan dan kesewenangan. Kita bisa masuk ke dalam sistem pemerintahan untuk melakukan perubahan dari dalam. Namun, tindakan apa pun tidak akan menyentuh akar seluruh masalah ketidakbebasan tersebut, kalau sejak awal kita sendiri tidak memiliki kebebasan.
Dalam kebebasan, ada tindakan murni; dan tindakan murni selalu benar. Prosesnya berlangsung demikian: ada rangsangan atau tantangan dari luar atau dari dalam batin, kemudian direspons langsung dengan persepsi murni, dan akhirnya diikuti tindakan. Tindakan di sini bukan hasil dari proses pilihan yang telah dipengaruhi pikiran, tetapi lahir dari kebebasan. Dalam tindakan murni seperti ini, tidak ada lagi ke-aku-an dengan segala keterkondisiannya.
Kebebasan bukan hasil tindakan, bukan hasil perjuangan, dan bukan akhir perjalanan. Kebebasan menjadi langkah pertama sekaligus langkah terakhir. Kebebasan menjadi awal tindakan, awal perjuangan, awal perjalanan, dan sekaligus akhir dari semuanya.Kebebasan hanya terjadi pada saat sekarang, bukan di masa mendatang.
(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar