Tiga orang China duduk bersantai di bawah pohon sambil berbincang. Yang seorang pejabat pemerintah, yang lain profesor di suatu universitas, dan satunya petani sederhana.
Mereka berangan-angan seperti apa hidup yang nyaman menurut mereka. Pejabat pemerintah mengatakan, ia ingin sekali memiliki sebuah cangkir porselin yang istimewa diisi dengan teh yang enak dan seekor kuda perkasa yang bisa mengantarnya berkeliling negeri.
Sang profesor berkata, yang paling ia inginkan adalah dua mata yang baik, sehingga ia dapat menggunakan waktunya setiap hari untuk membaca buku-buku.
Petani mengatakan, ia tidak menghendaki yang istimewa untuk hari esok, melainkan hanya hal-hal biasa yang terjadi setiap hari seperti matahari terbit, sumur penuh air bersih, burung-burung berkicau di dahan pohon buahnya.
Malam itu terjadi gempa tektonik dahsyat. Gempa menghancurkan mimpi sang pejabat pemerintah. Hal serupa menimpa profesor. Matanya cacat karena reruntuhan gempa dan perpustakaannya terbakar.
Tetapi harapan sang petani tidak dipengaruhi bencana gempa. Matahari terbit seperti biasa, sumurnya tetap berisi air bersih, dan burung-burung berkicau.
Kisah ini mengungkapkan kebenaran pepatah China kuno: "Berbahagialah orang yang tidak mengkhayalkan hal-hal besar untuk hari esok, tetapi menerima setiap hari sebagai pemberian Allah. Semua pemberian-Nya baik adanya." (Carlos Valles)
(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar