Di desa Liu, keluarga Zhang dan keluarga Li saling bermusuhan selama tiga keturunan. Suatu hari, Zhang dan Li baru saja pulang dari pasar malam. Kebetulan mereka pulang ke desa dalam waktu bersamaan. Keduanya tidak saling menyapa. Mereka berjalan sendiri-sendiri. Satu di depan dan yang lain di belakang.
Setelah berjalan beberapa lama, tiba-tiba Zhang mendengar Li yang berada di depan berteriak, "Aduh!" Zhang mendekat untuk melihat. Ternyata, Li terjatuh ke lubang di sungai es yang membeku. Malam begitu gelap, hanya kedua tangan Li yang terlihat menggapai-gapai. Zhang mematahkan dahan pohon, lalu mengulurkan dahan itu ke arah Li.
Li yang telah diselamatkan, bertanya, "Mengapa kamu menyelamatkan saya?"
Zhang menanggapi, "Demi membalas budi."
"Balas budi apa?" tanya Li heran.
"Kamu telah menyelamatkan saya," kata Zhang.
"Bagaimana saya menyelamatkan kamu?" tanya Li lagi.
"Hanya kita berdua yang berada di jalan ini. Jika kamu tadi tidak berteriak 'aduh,' orang kedua yang akan terjatuh ke dalam lubang es adalah saya. Saya telah mendapatkan budi baikmu, mana mungkin saya tidak membalasnya?" ujar Zhang. Keduanya lalu berdamai.
Pepatah mengatakan, "Bertambah seorang teman berarti bertambah satu jalan, sedangkan bertambah seorang musuh berarti menambah satu dinding penghalang."
(Dari: Buku 200 Kisah Terindah Sepanjang Masa dari China, karya Din Man. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar