Seorang pria dan anak lelakinya yang masih kecil mengemasi barang-barang dalam tas dan memulai perjalanan dua hari dengan keledai mereka. Mereka meletakkan tas di punggung keledai. Anak lelaki itu berjalan di depan menuntun keledai dan ayahnya berjalan di belakang, sambil memukul hewan itu dengan tongkat.
Mereka menjumpai seorang pria duduk di sisi jalan yang bertanya, "Mengapa kalian berdua berjalan kaki? Duduklah di atas keledai. Hewan itu memang digunakan untuk mengangkut manusia dan barang. Ia sangat kuat."
Maka, mereka berdua menunggangi keledai itu. Tetapi polisi menghentikan mereka dan berkata, "Lebih baik salah satu dari kamu turun dari keledai sebelum saya tahan dengan tuduhan menyiksa binatang."
Anak lelaki itu tetap berada di atas keledai, sedangkan ayahnya turun berjalan kaki. Keledai merasa senang karena bebannya berkurang. Ia mempercepat langkahnya, meninggalkan pria itu yang berlari-lari menyusul.
Mereka bertemu dengan seorang wanita tua yang sedang membawa kayu bakar. Ia melihat pria tersebut hampir kehabisan napas dan berteriak kepada anak lelaki itu, "Tidakkah kamu malu pada dirimu sendiri? Kamu yang kuat duduk enak-enak, sedangkan ayahmu yang telah bekerja berat berlarian kehabisan napas. Turunlah dari keledai."
Maka, anak lelaki itu turun dan ayahnya naik. Tak lama berselang, seorang petani berkata kepada pria yang duduk di atas keledai, "Tidakkah kamu malu duduk di sana dan membiarkan anakmu berlarian mengejar keledai? Mengapa kamu tidak berjalan, kamu kan punya kaki yang lebih panjang?"
Apa pun yang mereka lakukan, orang tetap mengritik... Mereka bahkan mencoba menggendong keledai itu, sehingga dianggap sungguh-sungguh bodoh. Akhirnya, mereka membiarkan keledai itu pulang dan mereka membawa tas sendiri sambil meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. (Aesop)
(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-1, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar