Suatu hari seekor anjing kecil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya. Ketika ia mendekati kandang kuda, ia mendengar hewan besar itu memanggilnya. "Kamu pasti penghuni baru di sini. Tak lama lagi kamu akan tahu, pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari hewan lainnya, sebab saya bisa mengangkut banyak barang. Saya kira, hewan sekecil kamu tidak bernilai sama sekali baginya," kata kuda.
Anjing kecil itu menundukkan kepala dan segera pergi. Saat berjalan, dari kandang sebelah ia mendengar seekor sapi berkata, "Saya adalah hewan paling terhormat di sini, sebab nyonya membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna untuk keluarga di sini."
Satu demi satu hewan di situ ikut serta dalam percakapan. Mereka menceritakan betapa tinggi kedudukan mereka di ladang itu. Ayam mengatakan bagaimana ia telah memberi telur, domba memberi mantel bulu, dan kucing mengenyahkan tikus-tikus dari rumah pemilik ladang. Semua hewan sepakat, anjing kecil tidak bisa memberi apa pun untuk keluarga itu.
Terpukul oleh kecaman hewan-hewan itu, anjing kecil pergi ke tempat sepi dan menangis. Seekor anjing tua mendekati dan mendengarkan cerita anjing kecil. "Memang benar, kamu terlalu kecil untuk menarik pedati, tidak bisa memberi telur, susu, atau bulu. Tetapi, kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan Sang Pencipta untuk membawa kegembiraan," kata anjing tua.
Malam itu, ketika pemilik ladang baru pulang kerja dan tampak lelah, anjing kecil lari menghampirinya. Ia menjilat kaki dan melompat ke pelukan pemiliknya. Mereka lalu berguling-guling di lantai. Pemilik ladang memeluk dan mengelus anjing kecil itu, lalu berkata, "Meskipun saya pulang dalam keadaan lelah, tetapi saya merasa segar bila kamu menyambut saya. Kamu sungguh paling berharga di antara semua hewan di ladang ini."
... dan yang paling besar di antaranya adalah kasih...
(John Aikin)
(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-1, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar