Seekor kera sering mencuri buah-buahan di pertapaan. Suatu hari, saat ia memetik buah, ia mendengar guru sedang mengajar para muridnya:
"Anak-anakku, kalian tekunlah bermeditasi. Dengan bermeditasi, tujuan hidupmu menjadi murni. Hanya makhluk yang telah mengosongkan dirinya yang mampu berkonsentrasi dalam bermeditasi."
Mendengar ajaran guru itu, si kera tersentuh hatinya. Ia tidak jadi memetik buah, tetapi langsung lari pulang. Kera yang biasanya rakus ini membagi-bagikan buah-buahan kepada para hewan lain. Ia juga menebang pohon buah-buahan sampai habis. Tindakan kera membuat kupu-kupu heran.
"Apa yang sedang kau lakukan, sahabatku?" tanya kupu-kupu.
"Aku ingin lepas bebas, sehingga dapat bermeditasi dengan baik," jawab si kera.
"Kau pikir dengan tidak melihat buah-buahan, kau akan lebih mudah bermeditasi?" tanya kupu-kupu lagi.
"Betul, kupu-kupu," kata si kera.
"Memang, kau tidak melihat buah-buahan di depan mata, tetapi percuma kalau dalam pikiran kau masih membawa buah-buahan," ujar kupu-kupu.
Yang membuat keterikatan pertama-tama bukan terletak pada barang, tetapi hati yang senantiasa "membawa barang." Walau ada setumpuk barang menggiurkan, kalau hati sudah lepas bebas, maka barang-barang itu tidak akan mengganggu.
(Dari: Buku Tidak Ada Makan Siang Cuma-Cuma - 75 Kumpulan Cerita Bijak, karya Yustinus Sumantri Hp., S.J. Penerbit Yayasan Pustaka Nusatama, 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar