
Allah yang dicari oleh budi (perpaduan antara akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk - red.), melampaui budi. Ia tidak dapat dimengerti dan dihampiri dengan budi. Jadi, kalau budi mau mendekati Allah melalui gagasan dan pengertian, maka ia tidak semakin mendekati Allah, melainkan semakin menjauh daripada-Nya.
Karena itu, budi harus mundur dari dirinya dan pengertiannya untuk menempuh jalan iman dan mendekati Allah melalui iman, bukannya dengan pengertian. Melalui jalan ini, budi menjadi sempurna. Hanya melalui iman dan tidak melalui cara lain, orang sampai ke persatuan dengan Allah. Jiwa semakin mendekati Allah bukan dengan mengerti, melainkan dengan tidak mengerti. (St. Yohanes dari Salib)
(Dari: Buku Nyala Cinta yang Hidup hal. 98-100, karya St. Yohanes dari Salib. Penerbit Karmelindo, 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar