Sering kali kita sendiri tidak mengetahui bahwa batin kita sungguh masih buta.
Kita sering berbuat salah, tetapi kesalahan yang lebih besar ialah jika kita berusaha memaafkan diri sendiri. Kadang-kadang, suatu dorongan hawa napsu kita pandang sebagai semangat jiwa yang rajin. Kesalahan kecil orang lain kita cela, tetapi kesalahan kita sendiri yang besar kita biarkan saja. Kita lekas merasa tersinggung karena perbuatan orang lain, tetapi kita tidak merasa betapa orang lain menderita karena perbuatan kita.
Barangsiapa dapat menilai perbuatannya sendiri secara baik dan adil, ia tentu tidak akan mendapat alasan untuk mengadili orang lain secara kejam.
Orang yang memiliki hidup kebatinan akan memperhatikan dirinya sendiri lebih daripada memperhatikan soal-soal lainnya. Dan orang yang dengan sungguh-sungguh serta teliti memperhatikan dirinya sendiri, tentu akan lebih mudah tidak berbicara mengenai keadaan orang lain.
Kita tidak akan menjadi orang yang mendalam kerohaniannya dan takwa, jika kita tidak belajar berdiam diri tentang orang lain dan lebih memperhatikan diri kita sendiri. Bila kita mencurahkan perhatian kita kepada diri kita dan kepada Tuhan melulu, maka tidak mudahlah kiranya, kita akan terpengaruh peristiwa-peristiwa di luar.
Di manakah kita harus berada, jika kita tidak mencurahkan perhatian kita terhadap diri kita sendiri? Dan apabila kita sudah menjalankan segala-galanya, apakah gunanya semua itu, jika kita tidak mempedulikan keadaan diri kita sendiri?
(Dari: Buku Mengikuti Jejak Kristus, karya Thomas a Kempis (1380-1471), Buku Kedua Pasal V: Hal Memeriksa Keadaan Diri Sendiri. Penerbit: Obor, 1982)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar