Ketika Henry Parsons Crowell (1855-1943) berumur 9 tahun, ayahnya meninggal karena tuberkulosis (TBC). Delapan tahun berselang, Henry tertular penyakit itu.
Suatu kali dalam keadaan sekarat, Henry menghadiri pertemuan keagamaan. Ia mendengar sang pembicara mengatakan, "Dunia masih akan melihat apa yang dapat dilakukan Tuhan melalui orang yang sepenuhnya mengabdi kepadaNya."
Henry bertekad menjadi orangnya Tuhan. Ia berangsur sembuh dan mulai mengikuti naluri bisnisnya. Dengan cerdik ia menginvestasikan kekayaan keluarga melalui sejumlah perusahaan.
Ketika penggilingan milik keluarga Quakers ditawarkan, Henry membelinya. Ia memimpikan produk sereal modern bagi keluarga-keluarga Amerika. Lahirlah Quaker Oats Company. Uang mengalir masuk. Secara konsisten Henry menyumbangkan 65-70% pemasukannya untuk amal.
Dalam pidato terakhirnya, Crowell mengingatkan, "Semakin kompeten Anda, semakin kuat godaan untuk menyerah pada aktivitas yang bertumpuk. Godaannya itu adalah mencuri waktu yang seharusnya untuk beribadah menjadi untuk aktivitas. Ada yang harus dilepaskan. Dengan berat hati dan perlahan-lahan, Anda akan mengurangi waktu beribadah. Janganlah mengurangi waktu beribadah pribadi Anda, sekuat apa pun tekanannya."
Setelah kematiannya, keluarga menemukan sehelai kartu di mejanya. Kartu itu ditulis 40 tahun silam dan disimpan di sakunya selama tahun-tahun itu. Pada kartu tersebut tertera falsafah hidupnya: jika hidupku bisa selalu dijalankan untuk menyenangkanNya, aku akan sangat bahagia.
(Dari: Buku Real Stories for the Soul jilid ke-1, karya Robert J. Morgan. Penerbit Gospel Press, 2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar