Fransiskus Assisi telah mencapai kemurnian jiwa dan raga yang menakjubkan, namun ia tak pernah berhenti menyucikan pandangan jiwanya dengan banjir air mata. Padahal, perbuatan itu merusak jasmaninya. Akibat tangisan terus-menerus, timbul penyakit mata yang serius.
Dokter mencoba membujuknya untuk mengendalikan air matanya, agar mencegah kebutaan. Tetapi Fransiskus menjawab, "Saudara Dokter, kita tak boleh menolak takaran terkecil sekali pun dari cahaya abadi demi melindungi cahaya yang bisa kita bagi bersama lalat-lalat. Karunia penglihatan tidak diberikan kepada jiwa untuk kebaikan tubuh, tetapi pada tubuh untuk kebaikan jiwa."
Fransiskus lebih baik kehilangan cahaya matanya daripada mengeringkan air matanya yang menyucikan batin, sehingga membuatnya dapat melihat Allah. (St. Bonaventura, Major Life, 5:8)
(Dari: Buku Sepanjang Tahun Bersama Fransiskus Assisi - Meditasi Harian dari Perkataan dan Hidupnya, karya Murray Bodo. Penerbit Bina Media Perintis, 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar