Ketika kita berhadapan dengan pengalaman padang gurun - kekecewaan, frustasi, penderitaan, sakit, kematian - reaksi spontan kita ialah diam, membisu. Kita seakan tidak bisa berkata-kata. Kita tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi spontan itu disebut sebagai "keheningan kematian."
Bagaimana kita menghadapi "keheningan kematian" ini? Apakah kita melarikan diri? Tidak! Hanya dengan menerima, kita bisa menemukan nilai, potensi, dan hal baik di dalam pengalaman padang gurun kita.
Keheningan kematian menjadi momen memroses krisis atau memakai kata-kata Henri JM Nouwen yang merupakan judul salah satu buku karyanya, "Kau Ubah Ratapku Menjadi Tarian."
Dengan menatap lekat-lekat pengalaman padang gurun, dari situ akan mengalir sukacita karena perjumpaan dengan Tuhan sendiri di tengah padang gurun hidup kita. Dalam diam kita mendengarkan Tuhan yang berbicara kepada kita di tengah penderitaan yang kita alami. Dengan cara ini, keheningan kematian berganti menjadi keheningan mistik.
(Dari: Buku Dalam Keheningan - Menelusuri Gurun Kehidupan, karya Siriakus Maria Ndolu, O.Carm. Penerbit Dioma, 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar