Sebuah dongeng dari Jerman berkisah tentang lomba menyanyi antara seekor burung bulbul (nightingale) dan seekor burung perkutut (turtledove). Yang menjadi wasit adalah seekor keledai.
Burung bulbul mendapat giliran pertama untuk menyanyi. Lagu berirama indah mengumandang di hutan. Tetapi, keledai hanya menggerak-gerakkan daun telinganya, memandang dengan bingung.
Kemudian burung perkutut mulai menyanyikan lagunya yang hanya terdiri dari dua nada. Wajah keledai tiba-tiba tampak serius dan menampakkan kekaguman. Lagu inilah yang dipahaminya: kuk-gruuk, kuk-gruuk... tak jauh beda dengan suaranya sendiri: hii-hoo, hii-hoo. Keledai menilai nyanyian burung perkutut adalah yang terbaik.
Demikianlah yang terjadi terhadap semua penilaian. Kita cenderung menilai sesuai dengan cara pandang kita sendiri yang terbatas, prasangka kita, dan ketidaktahuan kita. (Nuggets)
(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-1, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar