Allah menciptakan manusia tidak seperti tukang kayu menciptakan meja dan kursi. Tukang kayu punya jarak dengan hasil karyanya. Begitu hasil karyanya jadi, ia tidak terlibat lagi dengan nasib hasil karyanya.
Berbeda dengan Allah. Ia menciptakan kita dan terus terlibat dalam kehidupan kita. Ia bukan Allah yang sekali menciptakan kita, lalu berdiri di luar kita.
Hubungan kita dengan Allah seperti hubungan air dengan awan. Tidak ada awan tanpa air. Begitu pula tidak ada Allah di luar diri kita. Kita adalah bagian dari Allah, seperti awan adalah bagian dari air.
Kesatuan Allah dengan dunia dan kesatuan kita satu dengan yang lain merupakan analog dari kesatuan Tritunggal Mahakudus. Dalam tradisi Kristiani, Allah diimani sebagai yang berpribadi tiga tetapi berentitas Tunggal: Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus. Satu ada dalam banyak dan banyak ada dalam Satu. Mereka hidup selalu dalam keterhubungan dan kesatuan.
Kesadaran akan keterhubungan dan kesatuan segala sesuatu ini akan melenyapkan energi keterasingan atau kesepian manusia. Doa berikut bisa dipakai sebagai latihan untuk menyingkap misteri kehidupan sebagai keterhubungan dan kesatuan segala sesuatu.
Allah Tritunggal Mahakudus,
Setiap orang yang aku cintai, itu adalah Engkau.
Setiap orang yang mencintaiku, itu adalah Engkau.
Setiap kebaikan yang aku alami, itu adalah Engkau.
Setiap hal yang membuat aku seperti apa adanya, itu adalah Engkau.
Engkau yang Satu ada dalam banyak dan banyak ada dalam Satu.
Engkau ada dalam segala sesuatu dan segala sesuatu ada dalam Engkau.
Perkenankanlah aku dimasukkan ke dalam Misteri Kehidupan-Mu,
bahwa segala sesuatu saling terhubung dan berada dalam kesatuan.
Di luar Engkau, aku hidup dalam kesepian.
Di dalam Engkau, aku hidup dalam kesendirian.
Namun, dalam kesendirian itu Engkau ada.
Di sana aku hidup dalam keterhubungan dan kesatuan dengan segala sesuatu.
(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar