Hati, otak, dan lidah setuju bahwa mereka tidak akan membuat kata-kata sederhana lagi. Hati berkata, "Kata-kata remeh itu hanya membuat saya kadang gelisah dan kadang lembut. Sekarang, setiap orang harus keras."
Lalu otak menambahkan, "Ide, perumusan, dan spekulasi yang bagus - hal itu yang memberi hasil. Kata-kata sederhana hanya merupakan pemborosan waktu." Lidah menyambung, "Saya ahli dalam istilah-istilah teknis, kata-kata asing, dan pidato-pidato hebat. Saya tidak mau disibukkan lagi dengan kata-kata sederhana."
Jadi, hati mulai mengirim kata-kata hebat saja kepada lidah. Otak hanya menciptakan kata-kata yang terpelajar, dan lidah membuat pidato-pidato yang hebat. Tidak ada lagi kata-kata sederhana yang muncul dari bibir. Dunia menjadi dingin dan tak berpengharapan.
Tetapi, ada sejumlah orang yang tetap mengingat kata-kata sederhana. Mereka mulai mencari kata-kata itu dalam sejarah masa lalu. Awalnya, mereka merasa takut ditertawakan. Namun, kata-kata sederhana yang mengandung kegembiraan itu mulai merambat dari mulut ke mulut, dari kepala ke kepala, dari hati ke hati, dan dalam waktu singkat kata-kata itu sudah meluas. Dunia kembali menjadi tempat yang bersahabat.
(Beberapa kata sederhana yang remeh itu antara lain: terima kasih, maaf, semoga Anda baik-baik saja, bagus!, ada yang bisa saya bantu?, hebat!, teruskan pekerjaan yang baik ini!) (Willi Hoffsuemmer)
(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-1, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar