Oliver Goldsmith (1730-1774), penulis dan penyair berkebangsaan Inggris, memiliki sertifikat untuk menjadi dokter, meski ia tak pernah berkarier sebagai dokter.
Suatu hari, seorang wanita tua mendatangi Goldsmith, setelah ia mendengar kebaikan hati sang penyair. Sambil berlinang air mata, wanita tua itu berkata, "Pak, suami saya sakit keras. Tak satu pun dokter mau datang untuk memeriksanya, karena kami tidak punya uang untuk membayar dokter. Saya mohon Bapak bersedia datang ke rumah untuk melihat keadaan suami saya."
Goldsmith mengikuti wanita tua itu. Suaminya berbaring di atas kasur, tampak lemah dan kurus. Tak ada nyala api di perapian. Pandangan Goldsmith menyapu seluruh ruangan. Rumah ini kosong, dingin, dan sama sekali tidak nyaman.
Setelah berbincang sebentar dengan pasangan lansia tersebut, Goldsmith pamit. Ia berkata kepada wanita tua itu, "Saya akan mengirim beberapa pil. Nanti nenek berikan pil-pil itu kepada suami nenek sesuai dosis yang saya anjurkan."
Goldsmith segera pulang dan memasukkan sepuluh keping uang emas ke dalam sebuah kotak pil. Pada label kotak itu ia menulis dosis yang dianjurkannya: sekeping sehari untuk membeli makanan, susu, dan batu bara. Hendaklah bersabar dan penuh harapan.
Ia lalu mengirimkan kotak pil itu kepada wanita tua lewat pesuruh. Benar saja, resepnya sangat manjur bagi pasangan lansia yang telah lama menanggung sengsara karena miskin dan terabaikan.
Tak lama berselang, pasangan lansia itu mengunjungi "sang dokter" yang baik hati. Mereka berterima kasih atas pertolongan yang diberikan tepat pada saat dibutuhkan.
(Dari: Buku Menulis di Atas Pasir - 75 Kisah tentang Keberanian dan Keteguhan Iman, karya J.P. Vaswani. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar