Seorang seniman yang sangat terkenal melukis seekor ular. Lukisan itu begitu hidup, begitu nyata. Mereka yang melihatnya memuji lukisan itu.
Terbuai pujian dan keberhasilannya sendiri, seniman itu melengkapi lukisannya. Ia menambahkan goresan kuas pada sosok ular tersebut, membuat mata ular lebih bersinar, mempertegas taringnya, bahkan ia menambahkan kaki pada ular!
Masyarakat China mengenal pepatah "melukiskan kaki pada ular," yang digunakan untuk menggambarkan situasi sederhana, namun justru dibuat rumit oleh orang yang tidak tahu kapan dan di mana harus berhenti.
Ketika hidup menjadi rumit oleh kekuasaan dan harta, kita bergerak menjauh dan semakin menjauh dari kegembiraan sederhana dan kenikmatan hidup. Kita tidak lagi sempat memandangi rerumputan hijau dan bunga-bunga di pagi yang segar. Kita tidak punya waktu untuk mendengar burung berkicau, atau menyaksikan senyum ceria anak-anak kita. Kita semakin jauh dari sifat polos seperti anak-anak, yang sebenarnya merupakan sifat dasar manusia.
(Dari: Buku Menulis di Atas Pasir - 75 Kisah tentang Keberanian dan Keteguhan Iman, karya J.P. Vaswani. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar