Mengapa kita begitu sulit merasa puas? Merasa puas tidak seperti memotong sebuah pohon. Sesudah pohon dipotong, selesai. Merasa puas lebih mirip seperti usaha mengambil air raksa dengan sumpit, atau seperti wortel yang digantung setengah meter di depan muka kita dan wortel ini terus bergerak setiap kali kita hendak menggigitnya.
Rasa puas sulit dicapai karena ada kekuatan yang terus mendesak dari ketidakpuasan. Pertarungan yang berlangsung antara rasa puas dan ketidakpuasan sering tidak terlihat di permukaan, tetapi tak pernah reda.
Ketika kita memasuki dunia materi untuk memuaskan diri kita, dunia itu menarik kita semakin dalam dan lebih dalam lagi. Daya penariknya ternyata sangat kuat. Sesuatu yang saya inginkan, berubah menjadi sesuatu yang memiliki saya.
Rasa puas yang diterapkan di dunia sifatnya relatif. Zaman saat kita hidup, budaya setempat, dan gaya hidup keluarga serta teman-teman turut memengaruhi. Contohnya, jika Anda tinggal di kota New York dan semua tetangga Anda memakai mobil Mercedes, Anda mungkin merasa malu bila Anda mengendarai mobil pengangkut barang dengan bak belakang terbuka. Sebaliknya, jika Anda tinggal di pedesaan, mengendarai mobil truk tua pun Anda lebih diterima oleh masyarakat sekitar.
Secara umum, rasa puas merupakan perbedaan relatif antara semua yang harus dimiliki dengan apa yang kita miliki sekarang. Semakin besar perbedaan antara kedua hal itu, maka rasa puas semakin berkurang.
Kemajuan zaman membawa peningkatan luar biasa terhadap semua yang harus dimiliki. Kemajuan zaman memang memberikan kita hal-hal yang lebih baik, tetapi juga membawa peningkatan dalam ketidakpuasan.
Sebagai contoh, sebelum ditemukan alat pendingin (AC), tak seorang pun merasa tidak puas saat mengendarai mobil di tengah terik matahari tanpa alat tersebut. Anda tidak bisa merasa tidak puas terhadap sesuatu yang memang tidak ada. Ketika kemajuan zaman menghadirkan AC, tingkat ekspektasi kita meningkat. Bersamaan dengan itu meningkat pula tingkat ketidakpuasan manusia.
Sadarilah, hidup di zaman sekarang pada dasarnya merupakan pengalaman hidup yang komparatif. Karena itu, janganlah membanding-bandingkan diri Anda dan harta benda Anda dengan orang lain dan milik mereka. Tentukan titik akhir yang menunjukkan "cukup." Tetaplah berpegang pada titik itu dan temukan betapa bebas rasanya setelah Anda melakukannya.
(Dari: Buku A Minute of Margin - Mengembalikan Keseimbangan kepada Hidup yang Sibuk, karya Richard A. Swenson, M.D. Penerbit CV Pionir Jaya, 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar