Fransiskus Asisi baru saja selesai berdoa dan hendak meninggalkan hutan. Masseo, seorang pengikut Fransiskus, bermaksud menguji kerendahan hati Fransiskus, maka ia menemuinya dan seraya bergurau ia bertanya, "Mengapa engkau diikuti?"
"Apa maksudmu?" tanya Fransiskus. Masseo menjawab, "Maksud saya, mengapa seluruh dunia mengikuti engkau dan mengapa setiap orang ingin melihat, mendengarkan, dan menaatimu? Engkau kan tidak ganteng, tidak pintar, dan tidak berdarah bangsawan. Mengapa seluruh dunia ingin mengikutimu?"
Mendengar itu, meluaplah kegembiraan hati Fransiskus. Ia berlutut, memuji dan bersyukur kepada Allah. Dalam kehangatan roh ia berkata, "Engkau ingin tahu mengapa seluruh dunia mengikutiku? Ini dianugerahkan kepadaku karena Allah yang Mahatinggi, setelah meneliti yang baik dan yang jahat di segala tempat, tak dapat menemukan di antara para pendosa seseorang yang lebih bejat, tiada berguna dan lebih berdosa daripada diriku. Allah memakaiku sebagai alat bagi karya mengagumkan yang hendak dilaksanakanNya untuk mengalahkan kebangsawanan, kebesaran, kuasa, keindahan, serta kebijaksanaan dunia ini. Ia memilihku agar orang memahami bahwa setiap keutamaan dan setiap hal yang baik keluar dari Allah sendiri dan bukan dari suatu makhluk." (Stephen Clissold, ed., The Wisdom of St. Francis and His Companions)
(Dari: Buku Meditasi bersama Fransiskus dari Asisi - Tuntunan Bermeditasi menurut Spiritualitas Fransiskan, karya Joseph M. Stoutzenberger dan John D. Bohrer. Penerbit SEKAFI, 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar