Beberapa tahun lalu, aku dan temanku menghadiri kursus penjual buku di New York. Setelah satu hari sibuk, kami siap pulang ke rumah. Kami meninggalkan gedung pertemuan, mencari taksi ke bandara.
Setelah beberapa waktu tidak mendapat taksi, tiba-tiba kami sadar, ini jam 5 sore di New York City! Jam sibuk. Temanku punya nomor telepon perusahaan sewa mobil. Hujan turun semakin deras. Setelah menunggu sekitar satu jam, mobil sewa datang dan membawa kami ke bandara.
Kami tiba di loket penerbangan dengan sedikit waktu tersisa. Namun, petugas tidak menemukan pesanan tempat kami. Kami berpandangan tak percaya, tetapi entah bagaimana, kami bisa tetap tersenyum sambil mengusahakan jalan keluar bersama petugas. Lima belas menit sebelum keberangkatan, akhirnya masalah selesai.
Kami bernapas lega ketika tiba di pintu penerbangan, tetapi penerbangan ditunda setengah jam. Setelah dua puluh menit berlalu, dengan bersemangat kami kembali kepintu penerbangan. Ternyata, penundaan diperpanjang satu jam karena cuaca buruk di tempat tujuan.
Meski lelah dan ingin cepat pulang, kami menolak mengakhiri perjalanan dengan pahit. Kami memilih untuk menggunakan waktu tunggu sebaik mungkin. Kami membicarakan bagaimana penundaan di dalam hidup bisa sangat menjengkelkan, namun kita tak pernah tahu mengapa itu semua terjadi. Mungkin ada maksud tersembunyi yang belum kita sadari saat itu. Mungkin penundaan terjadi untuk mengubah jalan hidup kita ke arah yang lebih baik.
Kami terus duduk dan mengobrol, sementara pengumuman demi pengumuman terus terdengar memperpanjang penundaan penerbangan. Karena duduk dekat meja petugas, kami bisa mendengar penumpang yang mendekati meja petugas dan mengungkapkan kekecewaan mereka.
Pada titik itu, kami berusaha keras tidak membiarkan frustasi menguasai kami. Kami tetap tersenyum. Lewat tengah malam, petugas membagikan makanan kepada para penumpang. Temanku berdiri dan menawarkan bantuan. Aku mengikutinya. Ide yang bagus. Kami turut menuang jus dan air, menawarkannya kepada para penumpang yang lelah.
Setelah semua penumpang dilayani, kami duduk kembali. Kami bicara tentang betapa senangnya melihat wajah-wajah merengut berubah menjadi senyum. Kami sungguh menyadari apa arti melihat "gelas setengah penuh," bukannya "gelas setengah kosong."
Hidup terkadang menghadirkan peristiwa yang kecut. Apakah kita akan membuat wajah yang masam atau menambah sedikit pemanis? Terkadang, kita sangat menginginkan realitas berubah. Tetapi kita tidak menyadari, untuk mengubah realitas, persepsi kita harus juga berubah. Mungkin kita tidak bisa mengendalikan hal-hal yang terjadi di sekitar kita, namun kita bisa mengendalikan sikap kita dan terkadang itu mengubah segalanya.
Saat kami masih mengobrol, seorang petugas penerbangan mendekati kami. Ia berterima kasih atas bantuan kami dan menghargai sikap positif kami. Ia lalu meminta boarding pass kami, memberitahu bahwa perusahaan penerbangan ingin menaikkan kami ke kelas utama!
Tak lama setelah menukar tiket, pesawat kami siap terbang. Kami naik pesawat dengan sudut pandang pencerahan tentang betapa besar dampak yang bisa dibuat oleh sikap kita. (Mandie Maass)
Orang bukan terganggu oleh sesuatu, melainkan oleh sikap pandang mereka terhadap sesuatu itu. (Epictetus)
(Dari: Buku Chicken Soup for the Soul - Think Positive - 101 Kisah Inspiratif tentang Mensyukuri Karunia dan Bersikap Positif, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Amy Newmark. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar