Osceola McCarty |
Setiap orang dibuatnya terperanjat, ketika ia menyumbangkan uang senilai US$ 150.000 ke Universitas Southern Mississippi (USM) untuk dana beasiswa bagi para mahasiswa Amerika keturunan Afrika yang kekurangan uang untuk studi. Osceola menjadi berita utama nasional.
Aku berusia 19 tahun waktu itu dan menjadi penerima pertama Beasiswa Osceola McCarty. Aku masuk USM, tetapi kehilangan kesempatan menerima beasiswa dari universitas itu, karena gagal pada salah satu ujian masuk. Padahal, beasiswa adalah satu-satunya harapanku untuk bisa studi di universitas.
Suatu hari aku membaca kisah Osceola di surat kabar. Hari berikutnya aku mendatangi yayasan bantuan itu. Petugas di sana mengatakan, belum ada uang yang bisa disalurkan untukku. Tetapi beberapa hari kemudian, aku menerima telepon yang memberitahu aku terpilih sebagai penerima pertama Beasiswa Osceola McCarty.
Aku berjumpa dengan Osceola saat konferensi pers. Osceola tidak menikah atau punya anak, maka sejak itu keluargaku menjadi keluarganya. Nenekku dan Osceola sering berbicara lewat telepon dan mengerjakan banyak hal bersama. Osceola pun ikut bergabung dalam acara-acara keluargaku.
Aku ingin memberikan kepada Osceola sebuah keluarga yang selalu ia inginkan. Aku mengangkatnya sebagai nenekku. Ketika aku lulus dari USM, Osceola duduk diapit ibu dan nenekku.
Osceola memberiku lebih dari sekadar beasiswa. Ia mengajariku tentang rahmat untuk memberi kepada orang lain. Ia mengilhamiku untuk ganti memberi. Aku tahu sekarang, selalu ada orang-orang baik di dunia yang melakukan hal-hal yang baik. (Stephanie Bullock)
(Dari: Buku Chicken Soup for the Woman's Soul, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Jennifer Read Hawthorne, Marci Shimoff. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1997)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar