Seorang petani dan istrinya bergandengan tangan menyusuri jalan sepulang dari sawah di bawah guyuran air hujan. Saat itu, lewatlah sebuah motor di depan mereka. Petani itu berkata kepada istrinya, "Lihatlah Bu, betapa bahagianya suami istri yang naik motor itu. Meskipun kehujanan, mereka bisa cepat sampai ke rumah. Tidak seperti kita yang harus lelah berjalan untuk sampai ke rumah."
Sementara itu, pengendara sepeda motor dan istrinya yang sedang berboncengan di bawah derasnya air hujan melihat sebuah mobil pick up lewat di depan mereka. Pengendara motor itu berkata kepada istrinya, "Lihat, Bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil itu. Mereka tak perlu kehujanan seperti kita."
Dalam mobil pick up yang dikendarai sepasang suami istri, terjadi perbincangan ketika sebuah mobil sedan mewah lewat di depan mereka. "Lihatlah Bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil bagus itu. Mobilnya pasti nyaman dikendarai, tidak seperti mobil kita yang sering mogok."
Pengendara mobil mewah adalah seorang pria kaya. Ketika melihat sepasang suami istri yang berjalan bergandengan tangan di bawah guyuran air hujan, berkata dalam hatinya, "Betapa bahagianya suami istri itu. Mereka dengan mesra berjalan bergandengan tangan, sambil menyusuri indahnya jalan di pedesaan ini. Sementara aku dan istriku tak pernah punya waktu untuk berdua, karena kesibukan kami masing-masing."
Kebahagiaan sejati tidak bisa kita peroleh di tempat lain. Kebahagiaan sejati ada dalam hati kita yang penuh syukur.
(Dari: Buku 100 Inspiring Stories - Kisah-kisah Kehidupan yang Menginspirasi, Menghibur, dan Menyejukkan Jiwa Anda, karya Xavier Quentin Pranata. Penerbi Andi, Yogyakarta, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar