Pelatih bola basket Pat Riley dalam bukunya The Winner Within menceritakan tentang tim bola basket sohor Los Angeles Lakers (LA Lakers). Tim ini memenangi kejuaraan NBA tahun 1980 dan dikenal sebagai tim bola basket terbaik di dunia.
Di musim kompetisi 1980-1981, LA Lakers berharap mempertahankan gelar juara. Tetapi, baru beberapa minggu bermain, pembungkus tulang lutut Magic Johnson terkoyak. Ia perlu pemulihan tiga bulan.
Tanpa Magic Johnson sebagai pemain andalan, LA Lakers bermain sekuat tenaga. Mereka berhasil memenangi 70 persen pertandingan. Semakin dekat waktu bagi Magic Johnson untuk beraksi kembali.
Publikasi tentang akan kembalinya Magic Johnson kian gencar. "Jangan lupa menandai kalender Anda di tanggal 27 Februari. Magic Johnson akan kembali memperkuat juara dunia LA Lakers!" kata pembawa acara berulang kali.
Hari tersebut semakin dekat. Seluruh perhatian media terpusat pada satu pemain yang belum melakukan apa-apa dalam kompetisi itu. Sedangkan perjuangan para anggota LA Lakers yang lain semakin sedikit diulas.
Tibalah tanggal 27 Februari. Saat memasuki pintu arena, setiap orang dari 17.500 pemegang tiket memperoleh pin bertuliskan "The Magic is Back!" Sedikitnya 50 juru foto pers berkerumun di tepi lapangan. Magic Johnson bagaikan dewa yang turun kembali ke bumi.
Para pemain yang selama tiga bulan menopang LA Lakers sama sekali tidak diacuhkan. Mereka begitu kesal sampai nyaris tidak ingin memenangkan pertandingan melawan tim yang tidak diunggulkan.Semangat tim hancur. Para pemain saling menyalahkan. Pelatih dipecat. Akhirnya, mereka kehilangan seri pembukaan play-off, salah satu rekor paling menyedihkan yang pernah terjadi.
"Karena ketamakan, kepicikan, dan kejengkelan, kami mengalami salah satu keruntuhan kejayaan yang paling cepat dalam sejarah NBA," tulis Riley, "Itulah akibat penyakit keakuan."
(Dari: Buku Real Stories for the Soul jilid ke-1 - Kisah-kisah Sejati bagi Jiwa, karya Robert J. Morgan. Penerbit Gospel Press, 2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar