Stephen R. Covey (1932-2012) menulis dalam bukunya Seven Habits of Highly Effective People tentang pengalamannya di kereta api bawah tanah New York. Hari itu Minggu pagi, para penumpang duduk diam, terkantuk-kantuk, membaca surat kabar, beberapa di antaranya melamun. Adegan damai itu berubah, ketika seorang pria dan anak-anaknya mendadak naik. Anak-anak berbuat gaduh, mereka mengganggu seluruh gerbong.
Pria itu duduk di sebelah Covey, tampak tidak peduli dengan situasi tersebut. Anak-anaknya berteriak, melemparkan benda-benda, dan bahkan menyambar surat kabar penumpang lain. Sangat mengesalkan, tetapi sang ayah tidak berbuat apa-apa.
Covey berusaha mengatasi rasa jengkelnya. Tetapi, saat kekacauan semakin parah, akhirnya ia menoleh dan berkata, "Pak, anak-anak Anda benar-benar mengganggu banyak orang. Apakah Anda bisa sedikit mengendalikan mereka?"
Pria itu mengangkat kepala, seolah-olah baru sadar, kemudian berkata perlahan, "Oh, Anda benar. Seharusnya saya melakukan sesuatu. Kami baru pulang dari rumah sakit, ibu mereka meninggal sekitar satu jam lalu. Saya tidak tahu harus berbuat apa, dan saya kira mereka juga tidak tahu bagaimana harus menghadapinya."
Belakangan Covey menulis, "Bisakah Anda membayangkan perasaan saya saat itu? Paradigma saya bergeser. Tiba-tiba saya melihat semuanya secara berbeda. Karena saya melihat secara berbeda, maka saya berpikir secara berbeda, saya merasa secara berbeda, dan saya berperilaku secara berbeda. Kekesalan saya lenyap... hati saya dipenuhi kepedihan pria itu. Rasa simpati dan belas kasih mengalir bebas... Semuanya berubah dalam sekejap."
(Dari: Buku Real Stories for the Soul jilid ke-1 - Kisah-kisah Sejati bagi Jiwa, karya Robert J. Morgan. Penerbit Gospel Press, 2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar