Anak rayap bergerak keluar dari sarangnya. Ia begitu kaget sekaligus kagum melihat dunia luar. Pemandangan berbeda dengan sarangnya yang gelap. Begitu tertarik hatinya, ia ingin keliling dunia. Tetapi, ia belum tahu berapa luas dunia.
Suatu hari, anak rayap bertemu dengan ulat. "Hai sobat, kau pasti tahu berapa luas dunia ini?" tanya anak rayap. "Dunia ini seluas sehelai daun," jawab ulat.
Jawaban itu tidak memuaskan hati anak rayap. Ia sendiri tinggal dalam sarang yang lebar, tentu dunia lebih luas daripada sehelai daun. Anak rayap lalu melihat kupu-kupu terbang di atas setangkai mawar. Ia lalu bertanya kepada kupu-kupu, "Selamat pagi, sobat. Dapatkah engkau memberitahuku berapa luas dunia ini?"
"Dunia ini sangat luas, sehingga sejauh mata memandang tak akan mampu melihat batas dunia ini," ujar kupu-kupu.
Mendengar jawaban kupu-kupu yang sangat berbeda dengan jawaban ulat, anak rayap bertambah bingung. Ia kembali ke sarangnya. Ia menceritakan pengalamannya kepada induknya dan bertanya, "Bu, mengapa jawaban kupu-kupu dengan ulat sangat berbeda?"
Induk rayap berkata, "Ulat itu rakus, pandangannya sempit. Ia memandang dunia hanya sejauh kepentingan pribadinya, maka dunia tak lebih dari sehelai daun. Sebaliknya, kupu-kupu tidak egois, maka baginya dunia tampak luas!"
(Dari: Buku Tidak Ada Makan Siang Cuma-Cuma - 75 Kumpulan Cerita Bijak, karya Yustinus Sumantri Hp., S.J. Penerbit Yayasan Pustaka Nusatama, 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar