Komitmen kita sebenarnya adalah sejauh mana kesediaan kita untuk terlibat dalam suatu keadaan. Banyak orang takut berkomitmen, karena mereka menganggapnya sebagai bentuk perbudakan dan hilangnya kebebasan.
Komitmen bukanlah perbudakan, bukan pula pengorbanan; komitmen sesungguhnya kebebasan. Ada dua macam kebebasan. Yang satu merupakan kebebasan dari segala sesuatu, kebebasan ketika kita melepaskan diri dari hal-hal yang mengganggu kita.
Kebebasan yang lainnya merupakan kebebasan sejati yang berasal dari dalam diri kita, kebebasan terhadap segala sesuatu, kebebasan yang kita rasakan dalam situasi apa pun karena tingkat komitmen kita, tingkat kesediaan kita. Misalnya, jika kita melakukan pekerjaan yang membuat kita merasa terikat dan mengorbankan diri, maka hilanglah segala kesenangan dan kita berat menerimanya. Kita pun merasa kehilangan pilihan.
Tetapi, sebenarnya kita selalu punya kemampuan untuk memilih. Kita memilih melakukan pekerjaan tersebut, berkomitmen, dan memusatkan diri kita sepenuhnya untuk melakukannya. Pilihan kita itu memungkinkan kita melangkah lebih jauh melampaui uraian pekerjaan atau peran kita. Dengan cara demikian, kita merasakan kebebasan berkomitmen.
Jawaban atas pertanyaan,"Masih adakah kehidupan sesudah komitmen?" adalah, "Ya," karena apa yang kita berikan menciptakan kebebasan kita. Kebebasan ini memberikan ruang bagi kita untuk bernapas dan menerima yang tidak pernah kita rasakan sebelumnya. Kita merasa lebih damai dan tidak perlu menghindar atau melarikan diri. Komitmen membantu kita memusatkan diri pada hal-hal yang penting. Selain itu, komitmen juga membantu membangun hidup kita.
(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar