"Bagaimana Ayah mampu menahan diri, tidak pernah minum lagi selama hampir dua puluh tahun?" Setelah hampir 20 tahun, barulah saya memberanikan diri mengajukan pertanyaan yang sangat pribadi itu.
Ketika Ayah memutuskan untuk berhenti menenggak minuman keras, mulanya seluruh keluarga langsung cemas, pada saat Ayah menghadapi situasi yang akan menyebabkan ia mulai minum lagi. Selama beberapa tahun kami tak berani menyinggung persoalan itu, khawatir malah akan menyebabkan ia kembali ke kebiasaan lamanya.
"Aku punya sajak singkat yang selalu kuucapkan dalam hati, paling tidak empat sampai lima kali sehari," jawab Ayah. "Kata-katanya selalu melegakan dan mengingatkan aku bahwa keadaan tak pernah begitu parah, sampai aku tidak sanggup menanganinya."
Ia lantas menuturkan sajak itu kepadaku. Aku lalu mengikuti kebiasaan Ayah, mengucapkan kalimat-kalimat tersebut setiap hari.
Sebulan berselang, aku menerima hadiah yang dikirim lewat pos oleh salah seorang teman. Hadiah itu berupa sebuah buku berisi kata-kata mutiara untuk setiap hari.
Aku cepat-cepat mencari halaman bertanggal 10 November, tanggal lahirku, untuk melihat kata mutiara apa yang khusus ditujukan kepadaku. Begitu membacanya, aku kaget dan mataku berkaca-kaca. Pada tanggal kelahiranku, tertera sajak yang selama bertahun-tahun telah membantu Ayah dalam mempertahankan tekadnya!
Sajak itu berjudul Doa Ketenteraman Batin:
Tuhan, karuniakanlah diriku ketenteraman batin untuk menerima hal-hal yang tidak mungkin kuubah; keberanian untuk mengubah hal-hal yang bisa kuubah; dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaan keduanya.
(Barry Spilchuk)
(Dari: Buku A Cup of Chicken Soup for the Soul - All New Stories, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, dan Barry Spilchuk. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar