Malam tiba. Kata Paus Fransiskus, malam adalah saat yang indah, di mana kita semua boleh pulang ke rumah. Di rumah, kita duduk bersama di sekitar meja, di sana kita saling memberikan diri, membagikan pengalaman yang kita lalui sepanjang hari. Kita merasa saling didukung oleh anggota keluarga.
Pada saat inilah, kita dihangatkan kembali: hati yang mungkin sempat dingin karena pengalaman yang kurang mengenakkan, atau karena kesedihan yang menimpa kita.
Tetapi, malam juga merupakan saat yang sangat sulit bagi kita yang menderita kesepian. Pada malam itulah terputar kembali segala kepedihan dan impian-impian kita yang gagal.
* Manakah jalan buntu yang aku jumpai? Adakah aku menyerah menghadapinya, atau malah itu menjadi kesempatan bagiku untuk lebih bangkit dan bersemangat?
* Apakah aku dapat menerima beban hidup yang diberikan padaku, atau aku memprotes dan menggerutu karenanya?
* Apakah aku dapat menanggung beban hidupku, semata-mata karena aku merasa kuat dan mampu menanggungnya, atau karena tak ada jalan lain sehingga tak dapat melarikan diri dari beban ini?
* Atau, apakah aku dapat menanggung semuanya itu karena aku merasa ada "Seseorang" yang selalu menemani aku dalam segala kesulitanku, dan Dia berkata kepadaku, "Aku menguatkanmu."
Berhentilah pada pokok-pokok itu. Rasakanlah apa yang terasa dalam pikiran dan hati kita. Lalu, mohonlah kepada Tuhan agar kita dapat tidur dengan tenang dan percaya bahwa besok pagi kita memperoleh kekuatan untuk menghadapi hari yang harus kita lalui.
(Dikutip dari buku Memetik Keheningan - Persembahan Harian 2016. Penerbit Sekretariat Nasional Kerasulan Doa Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar