Bill dan Genevive berada di persimpangan. Pengasuh anak mereka berhenti. Setelah beberapa bulan menitipkan ketiga anak mereka yang masih kecil ke teman-teman, kakek-nenek, orangtua; ketegangan keluarga itu memuncak.
Tak ada fasilitas penitipan anak di dekat tempat tinggal mereka. Akhirnya mereka memutuskan, Genevive akan terus bekerja, karena pendapatannya akan mencukupi keluarga. Bill tinggal di rumah dengan anak-anak.
Awalnya, Bill merasa senang tinggal di rumah, namun belakangan ia frustasi. Ia mulai tersinggung oleh karier istrinya yang berkembang. Suatu hari, ketika sedang memasak untuk makan malam, ia tertarik akan berita yang sedang ditayangkan di televisi: dua gadis di daerahnya diculik dan dibunuh. Bill mengangkat putri bungsunya yang berumur tiga tahun dan memeluknya. Ia lalu keluar rumah, mendapati dua putranya sedang bermain.
"Kalau aku bekerja, aku tak akan ada di sini melihat anak-anakku dan memeluk mereka. Aku tidak akan melihat putri kecilku menjejakkan langkah partamanya atau menyaksikan putraku melakukan pukulan pertama dalam pertandingan baseball di sekolah. Aku memberikan diriku untuk keluargaku - dengan cara membantu mereka bertumbuh," Bill merenung.
Sejak itu, bila orang-orang bertanya kepada Bill apa yang dikerjakannya, ia berkata dengan mantap, "Aku memberi kehidupan untuk anak-anakku."
(Dari: Buku Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin, editor Dr. Lyndon Saputra. Penerbit Gospel Press, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar