R. Buckminster Fuller |
Pria berusia 32 tahun itu melihat langit di atas untuk terakhir kali seraya bersiap melemparkan diri ke dalam air yang siap membekukan.
Suasana sangat mencekam. Ia merasakan semburan ketakjuban saat melihat ke langit berbintang. "Kamu tidak berhak menghabisi diri sendiri. Kamu bukanlah milikmu," suara dalam hati membakarnya.
Richard Buckminster Fuller (1895-1983) berjalan meninggalkan danau itu dan memulai dari awal. Ia mengawali suatu perjalanan yang membawanya ke berbagai karier sebagai insinyur, arsitek, matematikawan, penemu, penyair, dan kosmolog.
Ia berhasil memenangi lusinan gelar kehormatan dan sekali nominasi hadiah Nobel. Fuller menulis dua lusin buku, berkeliling dunia 57 kali, dan membagikan impian-impiannya kepada jutaan orang.
Penemu kubah geodesik ini muncul dalam kuliah-kuliah yang terkadang berlangsung sampai 3-4 jam. Topik-topik kuliahnya mulai dari pendidikan sampai asal-usul kehidupan.
Hari ketika Fuller berjumpa dengan harapan adalah hari ketika ia mulai menemukan makna hidupnya. Selalu ada alasan untuk berharap. Harapan memberi kita kekuatan untuk bergerak maju.
(Dari: Buku Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin, editor Dr. Lyndon Saputra. Penerbit Gospel Press, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar