Ada sekelompok anak muda yang cerdas di sebuah universitas di daerah barat. Mereka punya bakat sastra yang menakjubkan. Agaknya mereka bakal jadi penyair dan novelis.
Anak-anak muda ini bertemu secara teratur untuk membaca dan mengritik karya-karya mereka satu sama lain. Mereka benar-benar mengritik sampai membedah ungkapan terkecil menjadi ratusan penggalan.
Dalam mengritik mereka sangat dingin dan kasar. Tetapi mereka melakukannya demi menggali karya sastra terbaik. Orang-orang yang tidak termasuk kelompok itu menyebut mereka "pencekik."
Karena tak mau kalah, beberapa perempuan berbakat sastra dari universitas yang sama membuat kelompok mirip dengan "pencekik." Mereka menyebut diri sebagai "pendebat." Mereka membaca karya-karya mereka, tetapi ada perbedaan dalam memberi tanggapan.
Kelompok "pendebat" lebih halus dalam menyampaikan kritik, lebih positif dan mendorong; bahkan, kadang tak ada kritik sama sekali. Setiap usaha paling kecil pun, dipuji dan disemangati.
Dua puluh tahun kemudian, pengurus alumni universitas itu membuat sebuah studi lengkap tentang karier para alumninya. Ternyata, ada perbedaan besar dalam karya literatur yang dihasilkan kelompok "pencekik" dengan "pendebat."
Dari semua anak muda yang cerdas dan berbakat dalam kelompok "pencekik," tak satu pun menghasilkan karya literatur yang berarti. Sementara dari kelompok "pendebat" muncul enam atau lebih penulis yang berhasil.
Bakat anak-anak muda di kedua kelompok itu mungkin sama. Tingkat pendidikan mereka juga tidak banyak berbeda. Namun, "pencekik" mematikan, sedangkan "pendebat" terpanggil untuk memberi dorongan satu sama lain. (Ted Engstrom)
(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna jilid 5 - 100 Cerita Bijak, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar